Langsung ke konten utama

JATUH CINTA VIRTUAL PART 2

JATUH CINTA VIRTUAL

"MENGETAHUI DIA DAN MASA LALUNYA"

Written by Khoti Isnaeni


Hari mulai berganti, perkenalan antara Angga dan Ana semakin menunjukan progres yang bagus. Ana selalu dapat merespon dengan baik chat yang Angga kirimkan begitupun Angga kepada Ana.  Hingga tiba di suatu malam mereka melanjutkan obrolan via telpon whats’upp. Disiniah Angga mulai bercerita tentang bagaimana masa lalunya yang memilukan itu.

Malam itu seperti biasa, Ana duduk di balkom rumahnya. Di sana sambil menikmati udara malam yang dingin. Menikmati bintang bintang elok yang bergantung di langit gelap. Lalu disambut pula oleh suara jangkrik di perkebunan samping rumah. Pikir Ana ini adalah tempat ternyaman kedua setelah kamarnya sendiri dengan segala keindahan dan kekurangannya. Ana pun tersenyum lebar dan sangat antusias saat akan bertelponan dengan Angga.

“hallo, Assalamualaikum wr wb” sahut suara Angga saat telpon baru saja diangkat.

“waalaikumsalam Angga.”

“hey, passwordnya.”  Lanjut Angga dengan maksud becanda.

“Ana cantik, baik hati dan selalu sombong.”

“hahahah” tawa Angga kemudian dari kejauhan.

Entah kenapa mereka berdua lalu tertawa bersama padahal jokes yang Ana buat sungguh sangat sangat receh. Tapi karena Ana merasa memiliki teman baru yang asik. Dia pun berusaha untuk selalu bersenda gurau. Bagaimanapun caraya.

“oh yah kita mau ngobrolin apa yah malam ini?” tanya Ana pada Angga untuk membuka obrolan.

“kamu nanyak mau ngobrolin apa untuk membuka topik obrolan yah?” jawab Angga.

“eeh iya yah. Hahaha jadi topiknya adalah mau ngobrolin apa malam ini?”

“topiknya adalah mau mengobrolkan topik apa yang menarik untuk diobrolkan.”

“topik yang sungguh sungguh berat yah.” Jawab Ana sambil tersenyum lebar.

“iya berat banget kayak masa laluku.”

“hahaha, masa lalumu memang memilukan. Kasihan. Hahaha” jawab Ana tertawa makin lebar lagi sambil mengejek.

“masih menjadi misteri kenapa laki-laki tampan dengan karir yang bagus tapi malah sial untuk urusan percintaan.”

“hahaha aduh sumpah mau pecah palaku denger orang sombong ngomong.”

“hahaha”

Tawa itupun makin lama makin pecah. Angga selalu bisa memberikan jawaban super keren yang membuat Ana ingin terus melucu sepanjang waktu. Malam itu juga ana seperti menemukan sebuah kehidupan baru. Kehidupan baru bersama Angga yang sejauh ini berkenalan melalui virtual.

“oh yah kalo boleh tau coba dong cerita gimana kisahmu kenapa bisa gagal menikah.”

“hhhmmm kamu mau dengerin?”

“iya”

“Dia dulu selingkuh. Baru ketahuan satu bulan sebelum resepsi.” Jawab Angga cepat ke inti jawaban.

“haaaaaaa? Really?” Ana hanya bisa melongo. Jiwa jiwa tukang gosip Ana pun makin mencuak layaknya burung yang tak sabar terbang setelah dikekang oleh majikannya. Ana sampai mengubah posisi duduknya makin serius.

“bisakah aku mendengarkan ceritanya baginda.” Minta ana dengan nada merengek dan tidak sabar.

“gak usah, kamu masih kecil, gak bagus dikasih cerita beginian.”

“aah kenapa, aku udah gede kok. Aku udah 24 tahun kali.” Ucap Ana agak singut.

“iya tapi kemarin bukannya udah kuceritain yah sedikit.”

“yah sedikit kurang banyak. Yaudah gimana ceritanya kok kamu bisa tahu calonmu selingkuh?”

Karena Ana gak sabaran. Ana pun ingin tahu kehidupan Angga di masa lampau. Dia juga ingin tahu bagaimana perasaan Angga saat baru sekali mengetahuinya. Apakah Angga mengalami gangguan psykology setelahnya. Apakah Angga menderita sekali dan terpukul sekali atau malah biasa aja. Semua hal itu rasanya penting sekali untuk disimak oleh Ana si anak kepo.

“gini ceritanya.” Angga mulai bercerita. Ana diam menyimak.

“waktu itu aku dateng main ke rumahnya. Kami duduk di ruang tamu. Aku gak sengaja buka HP nya dia. Terus buka Google Photo. Kamu tahu google photo kan?”

“iya iya tahu.”

“jadi kenapa aku buka google photo. Karena di situ photo-photo yang kamu hapus dua bulanan lalu masih bisa diliat. Saat itulah ketauannya. Saat aku buka google photonya dia.”

“oohh gitu.” Ana melongo lagi sambil menyimak. “jadi apa yang kamu temukan di google photo?”

“Aku nemuin screen shoot percakapan dia dengan mantannya yang lama. Bahkan saat itu lumayan lucu sih kejadiannya.”

“lohh kok bisa lucu, gimana?”

“iya, pas aku buka dan kubaca aku ngasih tau ke calonku, kebetulan dia duduk di sampngku, aku bilang eeh ini apa yah? Terus calonku lihat dan dia kaget.”

“haaaaaaaa”

“iyaaa, dia kaget karena aku ngasih tahu screen shootan itu yang mana isi percapakannya sama mantan dengan topik perselingkuhan. Bahkan yah ada beberapa lainnya jugalah yang gak pantas untuk dibicarakan”

“hhmmm,” ana berdeham, “I see. Apapun topiknya intinya setelah itu kamu memutuskan batal menikah yah jadi?” tanya Ana dengan nada pelan.

“yah begitulah kurang lebih.”

Malam semakin larut. Percakapan antara Ana dan angga semakin mengalir bebas. Terutama membahas mengenai mantan yang telah berselingkuh di belakangnya. Ana masih ingin tahu banyak soal semua hal tentang Angga. Ana bahkan menganggap bahwa cerita seperti ini yang rumit, pahit,  mengejutkan tokoh utamanya, tentu akan memberikan pembelajaran bagi Ana si pendengar dan tukang kepo.

Bintang masih berkelip indah dan awan di langit sayu sayu berjalan. Ana lalu bertanya suatu hal ke Angga.

“oh yah kan kamu punya pemahaman agama yang bagus yah. Kamu juga kayaknya keilmuan pra nikahnya udah bagus. Tapi kok bisa salah milih perempuan. Memang apa yang kamu pikirkan soal perempuan itu sampai-sampai kamu berpikir menikahinya dan kamu memang gak selidiki dia lebih dulu sebelum memutuskan menikahinya.”

Angga memang pernah bercerita ke Ana mengenai masa kecilnya. Dia pernah menghapal al-quran dan sudah memiliki 6 juz hapalan. Dia juga terbiasa menjadi imam di masjid atau khotnah jum’at di kampungnya. Jadi sangat aneh bagi Ana kalau ada seorang laki-laki sudah mapan pengetahuan agamanya tapi bisa salah milih calon istri. Maksud Ana adalah apakah Angga tidak memiliki indikator yang menurutnya layak dalam hal memilih calon istri. Apakah dia tidak meyelidiki bagaimana kebiasaan si calon, bagaimana pergaulannya, teman-temannya. Aku rasa itu menjadi hal penting.

“jadi begini yah,” Angga mulai membuka obrolan lagi.

“perempuan ini sebenarnya adalah kawanku saat SMA dulu. Kita tuh ketemu lagi tahun 2019. Saat itu aku memang gak melihat dia di masa lalu bagaimana. Gak nyari tahu bergaulnya bagaimana. Saat pertama ketemu setelah sekian tahun gak kontakan. Dia sudah memakai cadar dan berpakaian tertutup. Dia itu kan ada di proses hijrahnyalah bisa dibilang. Memang aku agak impress gimana gitu sama orang yang hijrah juga. Aku menghargai banget orang-orang yang mau hijrah tanpa perlu melihat bagaimana isi masa lalunya.”

“owwhh jadi itu alasannya kenapa kamu terus bisa langsung tertarik dengan perempuan ini. Jadi kamu merasa wah duluan yah saat pertama kali ketemu dia.” Ucap Ana menyimpulkan.

“iya kurang lebih sih begitu. Yah yang salah sih bukan cadarnya. Kita gak boleh melihat orang itu buruk karena cadarnya yah. Inget itu”

“iya iya. tapi hebat juga yah, Allah menunjukan semuanya sebelum kamu menikahi orangnya. Itu pertanda loh kalo Allah lagi menyelamatkanmu dari orang yang salah.” Ana menyimpulkan lagi untuk kedua kalinya dengan nada sok bijak lebih bijak dari Mario Teguh.

Saat mendengar cerita ini, Ana merasa tidak menyangka bahwa kehidupan seseorang juga banyak yang cukup rumit. Banyak pahit dan memilukannya terutama dalam hal asmara. Meski begitu Ana ingin tetap tertawa karena mendengar orang gagal menikah disebabkan perselingkuhan. Entah kenapa itu terdengar seperti joke yang sangat lucu. Mungkin karena Ana belum tahu bagaimana rasanya di posisi itu. Atau bisa jadi Ana kurang banyak mendengar cerita seperti ini secara langsung di sekitarnya.  

Ana masih duduk dengan posisi yang sama. Bersila di atas balkonnya sambil melihat ke arah langit. Sesekali dia memainkan sapu lidi untuk dikibas-kibaskan ke arah sekitarnya.

“eeh kenapa kok diem aja.” Sahut Angga secara tiba-tiba setelah Ana berdiam lama.

“hhmm nggak papa lagi berpikir sesuatu aja.”

“Mikirin apa hayo.”

“mikir kenapa kok hidupmu sial amat wkwkwkkw.” Ana tertawa lagi.

“hahaha asem bener diledek anak kecil.”

“yeee siapa yang anak kecil. Udah gede kali aku tuh.” Jawab Ana sedikit singut lagi.

“iya deh iya.”

“oh yah aku mau nanyak lagi dong.”

“iya nanyak aja”

“Saat kamu mengalami kejadian ini, apa yang kamu rasakan setelahnya. Kamu ngerasa ada sesuatu yang berubah begitu gak dari hidupmu gitu?”

“ada sih. Ujian nya jadi makin besar. Yah kayak sekarang ini lagi proses mengikhlaskan masa lalu dan mau menemukan jodoh tapi kadang mantan datang lagi datang lagi. Datangnya tuh yah kayak ngasih godaan. Makanya berat”

“owwhh gitu. Berat juga yah sepertinya. Ahh aku gak mau bahas itu deh kalo gitu”

“iya, tapi sekarang aku lagi nagih janji Allah untuk menurunkan segera siapa jodohku.”

“hhhmmm gitu.” Ana lalu terdiam.

Mendengar ucapan Angga yang seperti itu Ana semakin merasa bahwa Angga teramat menginginkan Ana. Atau bisa jadi itu cara Angga untuk memberi tahu Ana bahwa jodoh yang dia inginkan adalah seseorang yang sedang ditelponnya. Tapi Ana juga tidak mau terlalu GR, untuk seseorang seperti ukuran Angga seharusnya juga bisa menemukan jodoh dimanapun dan kapanpun. Apalagi mereka hanya berkenalan secara virtual. Virtual akan selalu mudah ditinggalkan kapanpun. Bahkan dalam situasi paling sadis mendapat pasangan yang masih berstatus virtual akan mudah mengalami ghosting. Yakni fenomena dimana seseoarang meninggalkan tanpa berpamitan. Meninggalkan begitu saja tanpa kabar.

Satu hal terpenting yang Ana rasakan dengan Angga. Menurut Ana Angga adalah sosok menyenagkan terlepas dari apapun yang Ana tidak dapat ketahui. Ana tidak tahu karakter Angga bagaimana di dunia nyata. Ana juga tidak tahu bagaimana pergaulannya Angga. Siapa teman temannya. Sebgitupun Angga masih belum tahu banyak soal siapa Ana. Yang Ana tahu Angga yang Ana temui sekarang adalah sosok yang asik untuk diajak mengobrol. Ana merasa dia cukup cerdas sebagai seorang laki-laki.

“coba yah sekarang aku yang nanyak sama Ana.”

“waahh, nanyak apa nih?”

“kalo kamu milih pasangan, yang kamu lihat dari laki-laki itu apa?”

Sebelum menjawab, Ana berpikir terlebih dahulu.

“kalo Ana sih ada banyak indikatornya yah. Tapi yang paling utama sih laki-lakinya harus punya jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab. Itu kalo mau rumah tangganya berjalan dengan baik dipandang dari sudut organisasi yah whwhwhw.”

“owh gitu ya ya. Terus apalagi?”

“kalo dari sudut pandang agama. Ana mau mendapat sosok yang baik akhlaknya. Seperti perkataan imam Al Ghazali. Kalo mau nyari pasangan carilah yang agamanya bagus. Tapi agama bagus itu bukan ibadahnya yang disorot melainkan akhlaknya. Misal nih, Ana gak papa dapet jodoh yang bacaan qur’annya masih salah salah tapi orangnya itu tahu sopan santun, jujur, sabar, dan tidak kasar. Karena memang imam al Ghazali juga menjelaskan bahwa mengajari orang untuk puasa senin kamis itu mudah tapi mengajari orang untuk punya akhlak jujur, mudah menolong, dermawan, sabar itu sulit banget. Makanya kalo Ana butuh seseorang yah yang seperti ini nantinya.”

“owh begitu. Iya sih bener. terus sudut pandang apalagi tuh? Ada yang lain?”

“ada.” Jawab Ana cepat.

“sudut pandang psykology. Hehehe. Kalo Ana mau orang nya dewasa secara mental. Lebih dewasa pemikirannya dan mentalnya dari Ana pokoknya. Ini penting sih soalnya ini kan menyangkut soal permasalahan pernikahan yang nantinya bakal dihadapi. Kalo ada masalah orang dewasa pasti tahu cara menyelesaikannya. Harus punya kemampuan mengkomunikasin permaalahan dengan baik dan benar.”

“oke, ini juga perlu yah. Terus apalagi?”

“hhmmmm.” Ana berdeham dan berpikir.

“dari sudut pandang duniawi. Laki laki itu harus potensial sebagai orang yang tangguh dalam mencari rejeki. Gak harus kaya atau mapan. Potensial di sini dia tuh punya kemampuan yang terus dikembangkan sehingga bisa dilihat hasilnya. Bisa kreative gitu cara nyari uangnya. Misalnya dia punya kemampuan bisa edit video terus dia kembangin kemampuannya sampe akhirnya bisa menghasilkan rejeki. Atau dia punya ide bagus kalau kemampuannya terus merambah ke lain hal. Di samping itu dia juga punya pekerjaan utama misalnya. Yah menurutku laki-laki seperti ini keren parah sih.”

“ada lagi?” Tanya Angga kemudian.

“sudut pandang selera.”

“apa tuh maksudnya?”

“yah selera. Orang yang ibaratnya kita banget. Kalo ini sih menyangkut gaya aja sih. Dia musti bagaimana. Kalo ana ingin dia punya selera humor yang bagus. Asik diajak ngobrol dan mau menjadi pendengar yang baik. Karena menurut Ana pernikahan itu 70% isinya ngobrol jadi aku maunya dia harus asik juga orangnya. Gaya atau style berbicaranya juga musti oke. Kayak orang yang tahu memainkan gesture saat ngomong itu menurut Ana oke banget. Style berpikir yang gak rumit. Style berpakaian yang rapih juga mungkin menjadi indikator” 

“itu aja?”

“yah detail detailnya kurang lebih seperti itu. Hhhmmm, Ribet emang yah.”

“apa yang kamu bicarakan sudah sepenuhnya benar kok. Tidak salah untuk mengharapkan sosok seperti ini dan itu. Yah meskipun kata orang jodoh itu kayak rejeki dan kita gak tahu nanti rejekinya akan mendapat yang seperti apa kan.”

“yaps correct.”

“jadi aku masuk ke dalam indikator yang kamu cari gak Na?”

“kak Angga?”

“Iya.”

“kan belum pernah ketemu jadi masih belum tahu.”

“iya deh nanti ketemu.”

“Ana punya satu lagi indikator yang mana hanya intuisi Ana yang bisa melihatnya. Otak dan perasaan tidak mampu melihatnya. Cailah.” Ucap Ana bak Mario Teguh jilid 2.

“apa itu?”

Ana terdiam amat lama.

“hhhmmmmmm” lalu dia berdeham lumayan lama. “hhmmmmmm........nungguin yah?”

“eeehh bengek banget asli. Cepet jawab”

“hahahaha” Ana hanya bisa tertawa ngakak.

“indikator yang satu ini tuh Ana mau ketika pertama kali menatap mata orangnya, intuisi Ana bisa mengatakan kalau Ana bersamanya maka surga semakin dekat. Hanya itu indikator yang bisa menutupi segala indikator yang Ana sebelumnya bilang”

“hhmmmm” Angga lalu berdeham. Ada nada takjubnya untuk Ana. “semoga kelak Ana bisa mendapatkan pendamping seperti itu yah.” Lanjutnya kemudian.

“hehehe aamiin.”

Ana dan Angga sudah mengobrol lama. Malam pun menjadi semakin pekat. Bintang dan bulan semakin terang. Hingga suara jangkrikpun berhenti dengan sendirinya. Angin di luar semakin terasa menusuk dingin. Ana ingin menghentikan telpon itu tapi dia juga ingin terus membuat percakapan. Sampai akhirnya Angga sendiri yang mengundurkan diri dan Ana tidak bisa menolak.

“eh aku tidur duluan yah, besok harus mulai kerja lagi.”

“hhmm oke.” Jawab Ana singkat.

Maka di malam itu Ana merasa mendapatkan banyak hal. Mendapat pelajaran berharga dari kisah masa lalu Angga. Kisah perselingkuhan yang menyangkut kegagalan pernikahan di dalamnya. Ana merasa hal itu tetap tidak lumrah terjadi. Di samping itu Ana menyayangkan dari sisi perempuannya. Kenapa harus berselingkuh. Seandainya Ana mendapatkan kesempatan untuk bersama Angga seperti halnya perempuan itu. Mungkin Ana tidak akan tega melakukannya. Pikirnya sepintas lalu. Ana tahu dan bisa merasakan bahwa Angga laki-laki yang cukup matang dalam menyiapkan pernikahannya tersebut. Dia punya financial planning. Dia punya mental planning. Bahkan lumayan oke dalam urusan pemahaman agama.

Malam itu juga Ana bisa melihat sisi baru yang muncul dari isi hatinya. Muncul rasa belas kasih yang cukup untuk bisa diberikan kepada Angga. Meskipun mereka belum pernah bertemu secara langsung. Belum tahu sisi baik dan buruk satu sama lain. Tapi Ana memiliki keinginan untuk mengobati luka Angga. Hanya saja Ana tidak tahu bagaimana caranya.

Di samping itu, hubungan yang mereka jalankan tetap memerlukan proses. Bagaimana mereka berdua ingin saling mengikat satu sama lain. Mengenalkan diri satu sama lain. Dan berusaha untuk ke jenjang yang lebih serius. Karena mereka mengawali semua ini secara virtual. Tentu akan sedikit sulit dibandingkan berkenalan dengan seseorang di dunia nyata.

Hal ini mungkin membutuhkan perjalanan yang tak singkat. Ana harus tahu keseluruhan diri Angga begitupun Angga terhadap Ana. Bagaimanapun Angga perlu belajar dari masa lalu untuk mengenal dengan baik calon pasangannya juga. Supaya apa yang pernah terjadi tidak terulang kembali.

Ana hanya bisa menatap langit gelap. Sesekali berkedip dan bertanya tanya. Apakah Angga adalah orangnya? Ana masih merasakan keraguan itu. Keraguan yang datang bukan dari diri Ana tapi ragu akankah laki-laki seperti Angga akan seserius itu menginginkan Ana atau hanya menjadikan ini pelampiasan. Hal ini bisa saja terjadi mengingat masa lalu Angga yang cukup tragis.  Seseorang tidak akan mudah terlepas dari kejadian yang menyakitkan sebelum orang tersebut benar benar di fase sembuh.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JODOH TIDAK AKAN KEMANA (romance)

JODOH TIDAK AKAN KEMANA Written by Khoti Isnaeni " Takdir yang telah membuatku jatuh cinta maka biarkan takdir pula yang menyelesaikannya. "              “Hey Cantik.” Aku sempat malu dan gak karuan rasanya ketika mendapat sapaan itu dari Amir. Sempet senyum-senyum namun secara mendadak senyumku berubah manyun. “Apa sih manggil-manggil” Amir langsung merespon. “Cacar bintik-bintik.” Sambil ketawa jumawa. Begitu dengar kalimat itu, sumpah deh aku langsung lari ngiprit dan menjauh kayak kadal dikejar ular kobra. *** Heey, aku Leli, sering disapa Leli oleh kawan-kawan. Sudah 10 tahunan silam cerita di atas telah terbenam, namun masih seperti baru saja terjadi kemarin.   Dulu aku memang menyimpan perasaan cintaku pada Amir, seseorang yang kukenal sejak di bangku SMA. Diawali dengan panggilan cacar bintik-bintik yang aku rasa menarik juga untuk diceritakan. Kalau boleh jujur, itu adalah salah satu permulaan mengapa aku bisa suka. Karena dia pern

Panduan dalam Menghindari Cowok Modus

Panduan dalam menghindari cowok yang modus Jika kamu seorang cewek dan sering dimodusin cowok, maka bersabarlah mungkin ini ujian, tapi jangan diambil pusing, jangan takut, jangan ada dusta diantara kita, karena kamu bisa menghindarinya tanpa membuat cowok tersebut tersinggung, beberapa hal disini dapat kamu jadikan panduan dalam menghindari cowok yang modus tadi. Okey stay tune! 1.       Dia ngubungin kamu terus Gak ada ujan gak ada ojek kok tiba-tiba dia hubungin kamu terus, dari pagi misalnya dilanjut siang terus malem, seterusnya hubungin tanpa membicarakan hal yang penting, maka kamu berhak risih dengan perlakuanya yang tak biasa, hati-hati hal yang perlu kamu lakukan adalah, pertama kamu balas saja pesanya tersebut lalu jika beberapa saat ia masih hubungin lagi jangan dibales, tapi tunggu sampe satu jam berlalu, barulah kamu balas pesan dia dan jangan lupa sertakan maaf karena telat membalas agar dia tak mengira kamu menghindarinya, ini penting agar kamu tidak dianggap c

JATUH CINTA VIRTUAL PART 4

 JATUH CINTA VIRTUAL PART 4 KISAH CINTA KITA DI MASA LALU Written by Khoti Isnaeni   Ana sedang berada di kamar. Di tengah malam setelah shalat isya, Ia memberesi kamarnya serta memilah dan memilih barang-barang yang akan dibawanya ke Bandar Lampung. Dia juga sudah mengatur rencana. Ia akan tinggal bersama teman lamanya. Kebetulan temannya tinggal sendiri di sebuah rumah dan membutuhkan seseorang untuk tinggal bersama. Ia akan memulai pekerjaan barunya dengan bergabung di sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris sebagaimana dulu Ia berkuliah dan mengajar dalam bidang ini. Ia ingin mempelajari Bahasa inggris lebih banyak. Mempelajari level-level dari paling bawah sampai teratas. Dan targetnya kala itu adalah menguasai teknik pengajaran TOEFL atau IELTS. Dibalik itu semua, orang tua Ana sudah memberinya izin. Meski pada awalnya mereka sangat berberat hati melepas Ana sendirian di kota besar tapi Ana akhirnya berhasil meyakinkan. “yaudah kalau maunya balik ke Bandar Lampung, kalau n