Langsung ke konten utama

KEAJAIBAN SABAR #babak5

KEAJAIBAN SABAR
Written by Khoti Isnaeni



Pagi-pagi, aku masuk ke dapur rumah. Bersama amak dan adik ku Annisa yang sedang menyiapkan sarapan. Di sana amak belum sama sekali tahu bahwa anak bujangnya sudah membuat keputusan untuk segera menikah. Sayang nya aku memang ingin merasahasiakan ini sampai amak pusing dan benar-benar diujung  protes. Hingga tak perlu menunggu lama, protes itupun diterbangkan ke udara saat aku duduk meminum teh di belakangnya yang sedang memasak.

“Rian, jadi kapan yah amak mu ini bisa nggendong cucu dari kamu. Amak tuh udah banyak yang nanyak loh, itu anak bujangnya kapan nikah kok sibuk karir terus.” Amak mengomel seperti pusing dengan tanggapan netizen. Dia lalu selesai memasak dan duduk di meja makan membersamaiku. Matanya langsung memancarkan harapan setinggi gunung everest. Benar-benar tak terkira pancarannya. Aku tahu bahwa itulah cara amak merayu yang sebenarnya. Harus terlihat memelas dulu supaya aku mau prihatin dan berusaha membuatnya senyum kembali. Padahal sungguh, di dalam hatiku. Aku sendiri sudah menyimpan tawa setan. Amak pasti akan kaget atau malah senang tak tertolong lagi jika aku katakan sudah ada calon yang akan kulamar.

“Mak,” aku pegang tangan amak penuh senyum. Wajahnya yang masih cemberut lantas dipaksa mengembangkan senyum.

“Jadi maksud Rian pulang ke rumah menemui amak memang mau menyampaikan ini.”  Aku bicara pelan. Khawatir amak akan mengeluarkan reaksi berlebihan dengan kabar ini. amak diam dan masih membisu.

“Rian sudah ada calon mak. Jadi kapan amak mau bantu Rian ngelamar calon Rian.” Sambungku kemudian sekaligus memutus wajah cemberut amak menjadi  brutal kesenangan.

“Kamu serius Rian. Eh tunggu, kamu gak lagi nge-prank amak toh?” Amak berdiri dan tak sengaja mendorong kursi sampai menghasilkan bunyi keras. Saking senangnya amak pun hampir merusak prabotan rumah tangga ini. Aku hanya tersenyum menyaksikan wajah bahagia amak. Bagaimana pun cara ini bisa membuat amak diam atau setidaknya sudah tak pusing lagi dengan tanggapan netizen tetangga rumah.

“Amak terlalu sering menonton vidio prank di youtube. Rian serius. Nanti malam kita bicarakan lagi soal ini yah mak, Rian mau mengecek tugas dulu di kamar.” Ucap ku kemudian pada amak ku yang masih tak menyangka dengan kabar ini.

“Iya Rian. Jangan lupa yah Rian kenalin dulu wanitanya ke amak. Amak pasti bakalan senang tujuh turunan. Iyakan Annisa” Jawab amak berlebihan.

“Iya mak pasti”

Aku lalu memasuki kamar dan kembali membuka tugas yang belum dikerjakan di laptop. Di dalam kamar aku lalu diam mematung. Aku merasa sedih sekaligus bertanam kebahagiaan. Amak, maafkan anakmu yang sudah tidak waras ini. Aku memang akan menikah mak tapi itu karena Rian tak bisa membiarkan amak terus merasa sedih karena kesendirian yang  Rian rasakan meski nyatanya Rian lebih senang menjalani hidup sendirian daripada harus menikah dengan wanita lain selain Nabila. Pernikahan ini nantinya, meskipun sudah terjadi sekalipun, bukanlah pernikahan yang akan mendatangkan kebahagiakan di dada Rian amak. Rian justru akan semakin terluka karena harus bersanding dengan wanita lain namun isi kepala Rian sendiri adalah masih tentang Nabila. Maafkan Rian amak karena anakmu rupanya sudah segila ini.

Aku yang telah mengambil keputusan untuk menikahi Ana juga mengalami rasa sedih yang menulang sum-sum. Bagaimana tidak. Ana bersedia menikah denganku dengan sebuah komitmen setan yang kujanjikan padanya. Hal ini tersebab hati yang tak mampu berbohong lagi. Aku tak mau menghias pernikahan dengan dusta dengan keanehan tingkah lakuku yang tak mencintai istri maka akan membuat istri itu sendiri bertanya penasaran dengan diriku.

Namun pilihan yang tepat adalah memberi tahu pada Ana tentang pernikahan tanpa cinta yang kelak kusajikan padanya agar dia tahu dan tak berharap mengenai cinta pernikahan dariku. Aku tahu ini sungguh menyalahi takdir. Perasaan berdosa pun kian menumpuk di tas ubun-ubunku. Tapi keputusan ini sedikit membuatku lega karena ada amak yang cemas yang ingin melihatku segera menikah. Dengan pernikahan ini setidaknya urusan amak telah selesai meski urusanku sendiri bahkan tidak diharapkan akan berakhir.

Usai menyelesaikan tugas kantor. Aku keluar rumah mengendarai sepeda untuk berjalan-jalan. Aku berharap bisa melihat Nabila untuk sepintas lalu, entah di jalan atau di warung. Sudah lama semenjak kepulanganku dari Kairo. Aku sama sekali belum bisa memberanikan diri untuk menemui Nabila secara langsung. Setiap kali terbesit nama Nabila saja, aku harus mengalami rasa bersalah yang melukai relung hati. Apalagi bila aku harus menemui dirinya. Tak lalu di dalam pirikanku, luka seperti apa dan butuh beberapa hari untuk menetralkannya. J

Aku tahu dia adalah setrum yang kuat dalam menyambar urat nadi dan hatiku. Sekali melesat luka itu seperti menggores tak terkira, membuat hidup penuh kemurungan dan kepedihan. Namun kini aku harus bisa melihat wajah anak itu. Wajah yang entah sudah berapa tahun sejak aku berangkat ke Kairo untuk melanjutkan kuliah tidak sama sekali pernah kutemui. Hanya komunikasi via SMS dan telpon yang sempat terjalin satu tahun lalu ke belakang. Itupun sangat jarang karena kesibukan belajar yang membuat aku memiliki komunikasi renggang dengannya. Entahlah, yang kuingat lalu pesan terakhirnya yang cukup mengagetkan itu. Sebuah pesan pemberitahuan bahwa dirinya akan segera menikah.

Aku kayuh sepeda ini pelan-pelan. Kukitari jalanan perkampungan ku yang juga kampung milik Nabila. Aku sengaja memasuki komplek perumahannya, tempat dirinya tinggal dengan suaminya itu. Getar-getir aku mengayuh sepeda ini. Degub-degub jatung sudah mulai terasa membersamai. Kini aku tahu sekedar berniat ingin melihat Nabila yang belum tentu diiyakan oleh Tuhan saja, aku harus mengalami kecemasan sekuat ini.

Aku melihat beberapa kerumunan ibu-ibu yang membeli sayur keliling di jalan. Dari kejauhan mataku sudah beradu pandang dengan hal ini. aku sudah berfikir mengenai apakah Nabila disana atau tidak. Lalu aku mengayuh sehingga semakin dekat dan jelas semuanya. Rupanya si Nabila tak di situ. Entah bagaimana aku sudah berfikir kuat bahwa Nabila sedang membeli sayur sebab aku tahu anak ini sangat senang memasak. Apa mungkin kesenangannya menghilang karena tak begitu nafsu menghidangkan masakan untuk sang suami. Barangkali pernikahan mendadak itu tak mendatangkan cinta padanya. Hingga malaslah dirinya menekuni kegemaran memasaknya itu. pemikiran yang sia-sia.

Aah, masih kukitari perkampungan ini dengan ketegangan urat tubuhku. Rasanya aku tak bisa rilex seperti saat aku berada jauh dengan Nabila. Hatiku dipenuhi aneka kecemasan yang sulit dijabarkan rasanya. Kini aku telah mengira, kehidupanku sudah sempurna miliknya. Milik Nabila yang kini membuat sebagian hidup sudah lumpuh untuk dijalani.

Aku lalu berhenti di sebuah gardu di perempatan. Di salah satu sisi terdapat warung yang ramai dikunjungi ibu-ibu untuk belanja kecil-kecilan. Aku meregangkan kaki sambil terus memandangi kegaduhan sekitar. Ini benar-benar komplek milik Nabila. Maka tak salah lagi. Mataku pun ikut was-wasan menyaksikan apa saja yang terdapat dihadapanku. Barangkali di sini adalah tempat dimana Nabila sering merumpi atau berbelanja.

Sejenak tidak kudapati keberadaanya. Nabila tak ada di tukang sayur keliling, juga tidak ada di warung ini. Perkiraanku lalu menuju ke rumahnya. Barangkali Nabila memang sedang bersih-bersih rumah atau mungkin mencuci baju. Sebagai kiat terakhir, maka aku meberanikan diri menyayuh sepeda dan melewati rumahnya. Aku harap kita bisa saling bertemu dan menyaksikan raga milik masing-masing.

Aku bersepeda lagi dan menyapa ibu-ibu pedagang juga pembeli sayur. Sedikit kuduga, ibu-ibu ini mungkin yang membuat amak di rumah pilu dengan omongan mengenai diriku yang tak kunjung menikah. Tapi tak masalah, ketidakwarasanku sudah tak mampu dibuat tidak waras lagi. Hanya amak yang mungkin mengalami shock theraphy mengenai omongan tetangga.

Ibu-ibu lalu tersenyum padaku seiring berlalunya sepeda yang kukayuh. Kini aku akan melewati rumah Nabila. Aku mengayuh sampai kemudian tiba di depan rumahnya. Halaman yang bersih seperti baru disapu membuat diriku sadar ada seseorang berdiri di sana. Setelah kuamat-amati dengan pandangan yang tajam. Berbalik badan tubuh orang tersebut dan melihatku.

“Nabila....” aku lalu melongo. Kini aku yang berhenti seketika lalu berdiri mematung menatapnya. Namun alangkah sedihnya hatiku ketika harus menyaksikan tubuh itu.

Aku mengambil kesempatan menatap matanya. Nabila lalu mau menatapku yang bingung harus berbuat apa. Dia menunaikan senyum hangat yang sudah lama tak pernah kulihat. Kini hatiku dibuat ngilu kembali. Keadaan hatiku rupanya tak kunjung berubah. Rasa cinta dan kasihan masih sepenuhnya menjadi miliknya.

Nabila, izinkan aku meyakinkan dirimu walau hanya dengan tatapan mata ini. Cinta yang dulu pernah hadir masih bersemayam di dalam raga ketulusan yang tak pernah mati. Cinta yang dulu pernah hadir masih menyisakan jasadnya yang segar dan nyawanya yang hidup di dalam ruang hampa hatiku. Tidak kah kau melihatnya? Izinkan aku membuktikan bahwa semuanya masih ada meski ini tak akan mengubah apapun.

Aku membisu. Tak kusangka kini aku berlinangan air mata. Nabila yang berdiri dan tak kunjung pergi seolah menunjukan bahwa dirinya telah membaca kesemuanya. Membaca tangis mataku dan yang jauh dari itu, yang tak terlihat yaitu cinta yang kuat. Mata miliknyapun memerah dengan bibir yang beranjak kelu. Nabila mungkin tak mengira bahwa aku datang di hadapannya. Lebih-lebih, mungkin dia tak menyangka dengan pernikahan yang sudah dia jalani. Bahwa dibaliknya, jauh di ujung sana rupanya ada seseorang yang menyimpan baik-baik seluruh cinta hanya untunya. Orang itu tidak lain adalah aku.

Nabila lalu membalikan badan dan melangkah pergi meninggalkanku. Hanya aku yang lalu ditinggal berdiri sendirian di tengah jalan depan rumahnya. Aku tahu ada rasa yang tidak baik menghadiri jantungku saat ini namun kekuatan cinta yang masih bisa dirasakan cukup menguatkan separuh kehidupan.

Dalam diriku, aku lalu mengucapkan do’a pada Tuhan. “Ya Tuhan ku. Meski aku dan Nabila tidak mampu bersama di dunia ini. Izinkan aku bertemu dan bersatu dengan Nabila di surgaMu kelak.”

Aku tahu. Memang kadangkala ada satu jenis cinta yang tak bisa disatukan di dunia ini namun sangat kita harap-harapkan untuk bersatu di kehidupan yang terakhir dan abadi.

Aku kayuh sepeda ini lagi dengan air mata yang masih sedikit menetes. Sesampainya di rumah aku bercerita pada amak di ruang tamu soal pertemuanku dengan Nabila. Amak hanya memberiku pengertian terbaiknya lagi dan lagi bahwa aku sudah seharusnya ikhlas dengan jalan takdir yang diberikan oleh Tuhan.

“Amak jadi ingat sebuah cerita menarik nak.” Amak mengelus rambutku dan memangku kepalaku di kakinya. Aku hanya bisa kembali bersedih dan hanya mendengarkan apa saja yang amak ku ungkapkan.

“Ada kisah tentang Layla Majnun. Mereka dahulu sangat viral karena kebesaran dan kehebatan cinta mereka. Namun pada kenyatannya mereka berdua tidak bisa menikah. Tak ada restu. Sampai akhirnya Layla menikah dengan laki-laki lain yang tidak dicintainya sementara Majnun seketika dibuat gila dan merana.”

“Lalu apakah yang terjadi Mak?” tanyaku sambil menyimak.

“Lalu tidak sampai di situ, perjalanan mereka berdua. Beberapa waktu kemudian suami Layla meninggal dan Layla sendiri tak lama juga meninggal dunia. Tak ada orang yang tahu bahwa selama ini Layla menyimpan cintanya untuk Majnun selain Tuhan. Majnun yang mendengar Layla meninggal seketika lebih gila dan merana lagi. Sampai-sampai Majnun mendatangi makam Layla dengan tubuhnya yang sakit dan hati terpotong-potong. Menangislah Majnun di sana. Terisak-isak melihat pujaan hatinya sudah tiada. Sampai kemudian Majnun pun menyusul layla. Dia lalu meninggal di atas pusara Laila Nak.”

Aku tersentak dengan cerita amak yang menakjubkan ini lalu hanya diam yang kemudian aku lakukan. Sementara amak masih terus mengelus kepalaku tanpa melihat bahwa air mata telah berlinang membanjiri kedua pipiku.

“Nak bersabarlah atas ujian hidup di dunia ini. Amak mengerti, kamu masih menyimpan semua cintamu untuk Nabila tapi kehidupanmu dan Nabila harus tetap berlanjut meski kalian tak bisa bersatu di dunia ini. Kamu harus tetap menikah dan belajar mencintai kekasihmu nanti. Do’akanlah Nabila kalau kamu benar-benar mencintainya. Percayalah, hanya cinta karena Allah SWT yang akan mendatangkan kebaikan dikemudian hari.”

Aku lagi-lagi tersentuh dengan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh amak. Untuk kali pertama aku mendapat pemahaman baru mengenai cinta karena Allah SWT. Cinta di atas cinta. Cinta paling terhormat meski tak pernah bersinggung badan. Kini aku menyadari. Barangkali inilah kiblat cintaku terhadap Nabila. Cinta ketuhanan yang hanya bisa dijalani dengan terus mendoakannya. Tak peduli serindu apa diriku. Semerana apa hatiku. Semenyiksa apa semuanya hingga yang kufikirkan terus menerus hanyalah dirinya. Kini, hanya bait-bait do’a yang bisa menghidupi cinta yang bersemayam pada udara keikhlasan.

Nabila, semoga kau bahagia menjalani kehidupan ini. Aku tahu kau tak pernah bisa mencintai suamimu seperti kau menyimpan cintamu padaku. Aku tahu Nabila. Dengan tubuhmu yang semakin kurus saat kutemui tadi pagi. Dengan cekung hitam yang mengitari kedua matamu. Dengan tatapan nanar yang kau pancarkan untuk ku. Kau seolah menyimpan luka mendalam di sana. Luka yang sepenuhnya terdapat aku di dalamnya. Kini biarkan aku mengerti. Bahwa kita masih saling mencintai meski kau berijab qabul dengan orang asing yang sekarang menjadi suamimu.

Aku pun mengusap air mata dan memuluk tubuh amak ku. Bagaimanapun aku masih bersyukur masih ada amak yang begitu menguatkan. Amak adalah satu-satunya wanita paling berharga yang bisa mendatangkan kesejukan bagi diriku ketika perasaan dirundung pilu.

“Amak terima kasih mak untuk semuanya.” Aku tersenyum pada amak yang lega memandang diriku.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

JATUH CINTA VIRTUAL PART 4

 JATUH CINTA VIRTUAL PART 4 KISAH CINTA KITA DI MASA LALU Written by Khoti Isnaeni   Ana sedang berada di kamar. Di tengah malam setelah shalat isya, Ia memberesi kamarnya serta memilah dan memilih barang-barang yang akan dibawanya ke Bandar Lampung. Dia juga sudah mengatur rencana. Ia akan tinggal bersama teman lamanya. Kebetulan temannya tinggal sendiri di sebuah rumah dan membutuhkan seseorang untuk tinggal bersama. Ia akan memulai pekerjaan barunya dengan bergabung di sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris sebagaimana dulu Ia berkuliah dan mengajar dalam bidang ini. Ia ingin mempelajari Bahasa inggris lebih banyak. Mempelajari level-level dari paling bawah sampai teratas. Dan targetnya kala itu adalah menguasai teknik pengajaran TOEFL atau IELTS. Dibalik itu semua, orang tua Ana sudah memberinya izin. Meski pada awalnya mereka sangat berberat hati melepas Ana sendirian di kota besar tapi Ana akhirnya berhasil meyakinkan. “yaudah kalau maunya balik ke Bandar Lampung, kalau n

JODOH TIDAK AKAN KEMANA (romance)

JODOH TIDAK AKAN KEMANA Written by Khoti Isnaeni " Takdir yang telah membuatku jatuh cinta maka biarkan takdir pula yang menyelesaikannya. "              “Hey Cantik.” Aku sempat malu dan gak karuan rasanya ketika mendapat sapaan itu dari Amir. Sempet senyum-senyum namun secara mendadak senyumku berubah manyun. “Apa sih manggil-manggil” Amir langsung merespon. “Cacar bintik-bintik.” Sambil ketawa jumawa. Begitu dengar kalimat itu, sumpah deh aku langsung lari ngiprit dan menjauh kayak kadal dikejar ular kobra. *** Heey, aku Leli, sering disapa Leli oleh kawan-kawan. Sudah 10 tahunan silam cerita di atas telah terbenam, namun masih seperti baru saja terjadi kemarin.   Dulu aku memang menyimpan perasaan cintaku pada Amir, seseorang yang kukenal sejak di bangku SMA. Diawali dengan panggilan cacar bintik-bintik yang aku rasa menarik juga untuk diceritakan. Kalau boleh jujur, itu adalah salah satu permulaan mengapa aku bisa suka. Karena dia pern

Panduan dalam Menghindari Cowok Modus

Panduan dalam menghindari cowok yang modus Jika kamu seorang cewek dan sering dimodusin cowok, maka bersabarlah mungkin ini ujian, tapi jangan diambil pusing, jangan takut, jangan ada dusta diantara kita, karena kamu bisa menghindarinya tanpa membuat cowok tersebut tersinggung, beberapa hal disini dapat kamu jadikan panduan dalam menghindari cowok yang modus tadi. Okey stay tune! 1.       Dia ngubungin kamu terus Gak ada ujan gak ada ojek kok tiba-tiba dia hubungin kamu terus, dari pagi misalnya dilanjut siang terus malem, seterusnya hubungin tanpa membicarakan hal yang penting, maka kamu berhak risih dengan perlakuanya yang tak biasa, hati-hati hal yang perlu kamu lakukan adalah, pertama kamu balas saja pesanya tersebut lalu jika beberapa saat ia masih hubungin lagi jangan dibales, tapi tunggu sampe satu jam berlalu, barulah kamu balas pesan dia dan jangan lupa sertakan maaf karena telat membalas agar dia tak mengira kamu menghindarinya, ini penting agar kamu tidak dianggap c