Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

KEAJAIBAN SABAR #babak6

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni Sekembalinya aku di kantor. Butuh waktu yang cukup lama untuk mengfokuskan diri lagi setelah mengarungi rohani cinta yang tanpa jasad kebersamaan. Aku memasuki ruangan kerja dan membuka laptop untuk mengecek data yang harus kuolah kembali. Namun lagi-lagi kututup karena masih belum bisa menetralkan pikiran. Aku masih terus teringat dengan Nabila yang berdiri dengan matanya yang sendu. Aku masih terus teringat dan yang kibisa hanya menatap sekeliling ruangan tanpa mengingat apapun lagi. “Tok tok tok” suara ketukan pintu lalu membangunkan lamunan ini. “Masuk.” Ana mendatangi ruanganku dengan berkas yang dimasukan map hijau di kedua tangannya. Kali ini dia mengenakan baju dress putih dengan rambut yang terurai panjang. Aku sedikit pangling karena tak seperti biasanya dia berdandan dengan style girly seperti ini. biasanya dia mengenakan celana panjang atau rok panjang dengan jas maconya yang menyerupai wanita karir top ibu kota.

KEAJAIBAN SABAR #babak5

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni Pagi-pagi, aku masuk ke dapur rumah. Bersama amak dan adik ku Annisa yang sedang menyiapkan sarapan. Di sana amak belum sama sekali tahu bahwa anak bujangnya sudah membuat keputusan untuk segera menikah. Sayang nya aku memang ingin merasahasiakan ini sampai amak pusing dan benar-benar diujung   protes. Hingga tak perlu menunggu lama, protes itupun diterbangkan ke udara saat aku duduk meminum teh di belakangnya yang sedang memasak. “Rian, jadi kapan yah amak mu ini bisa nggendong cucu dari kamu. Amak tuh udah banyak yang nanyak loh, itu anak bujangnya kapan nikah kok sibuk karir terus.” Amak mengomel seperti pusing dengan tanggapan netizen. Dia lalu selesai memasak dan duduk di meja makan membersamaiku. Matanya langsung memancarkan harapan setinggi gunung everest. Benar-benar tak terkira pancarannya. Aku tahu bahwa itulah cara amak merayu yang sebenarnya. Harus terlihat memelas dulu supaya aku mau prihatin dan berusaha membuatnya s

KEAJAIBAN SABAR #babak4

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni 4 bulan berlalu. Bekerja dengan Ana selama ini cukup membuat aku tahu banyak hal soal dirinya. Lagi-lagi dia memang orang yang tak tertebak. Untuk kedua kalinya setelah penolakan yang pertama kulakukan, dia datang ke kontrakan untuk menanyakan hal serupa, perasaan. *** Pagi sekali di hari minggu. Ada suara ketukan pintu yang pelan. Aku baru saja menyelesaikan masak makanan untuk hari ini di dapur. Keluarlah aku dengan hati bertanya. Lalu kubuka pintu itu, terlihatlah badan Ana yang sedang berdiri di depan rumah kontrakanku ini. Dia tersenyum ceria sementara aku bingung sebingung-bingungnya. “Kamu abis olahraga?” kutatap Ana dari atas sampai bawah. Terlihat seperti baru jogging pagi. “Yapss benar sekali Anda.” Tanpa ba-bi-bu lagi. Ana masuk ke kontrakanku dan nyelonong seperti kucing mencari makan. Tak permisi sama sekali seolah tidak ada aku di sini. Dia makanlah makanan yang baru saja kuhidangkan di meja makan. Lagi-lag

KEAJAIBAN SABAR #babak3

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni Hari berganti hari. Saat kabar berita orang tua Nabila meninggal sudah kudengar dari amak. Dari situ aku langsung memutuskan untuk pergi menjauh dari kampung kelahiranku. diterimalah aku pada pekerjaan baru di salah satu perusahaan ternama di Ibu Kota sebagai   General Manager . Di sana aku membangun kehidupan baru dengan tinggal di sebuah kontrakan yang disediakan oleh perusahan. Hidup sendiri dan menjalani apapun sendiri. Pagi aku menghabiskan waktu memasak dan bersih-bersih rumah. Siang bekerja dan malam melanjutkan pekerjaan yang belum bisa diselesaikan di kantor. Bayang-bayang Nabila tidak pergi. Tetap selalu ada seperti yang aku rasakan sebelumnya. Bagaimanapun aku merasakan semua ini, seperti hidup di tengah padang pasir, hampir susah menjalani kehidupan yang tanpa adanya kehidupan ini. Sebab semua hal yang selalu ketemui adalah kegersangan hidup.   Aku tanpa Nabila benar-benar laki-laki tanpa nyawa, hanya raga yang berjalan

KEAJAIBAN SABAR #babak2

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni Satu tahun telah berlalu. Tibalah waktu dimana akhirnya aku pulang ke Indonesia, ke kampung tercinta. Amak yang sudah tidak sabar karena rindu yang teramat sangat, memeluk ku erat bagai lapar mematuk mangsa. Aku peluk erat tubuh amak. Kemudian terlihat wajahnya mengeluarkan air mata kebahagiaan. “Sudah mak, jangan menangisi Arian. Kan Arian sudah pulang dalam keadaan sehat.” Aku senyum ke amak sehingga mengembanglah seulas senyum pula di bibirnya. “Iya nak. Amak rindu sama kamu Arian. Ayok kamu langsung makan. Mamak udah masakin masakan kesukaanmu.” Ditariklah tanganku dan dituntun ke dapur sambil masih menenteng koper. Aku tersenyum saja menyaksikan perlakuan amak yang menggemaskan ini. Setelah masuk, di dalam rupanya sudah banyak keluarga yang berkumpul. Seolah baru sadar bahwa ini pesta kecil untuk menyambut kedatanganku. Terkagetlah aku saat teriakan itu terdengar. “duaaarrrr” hingga menyusul suara terompet yang bersaut-saut

KEAJAIBAN SABAR #babak1

KEAJAIBAN SABAR Written by Khoti Isnaeni Malam-malam ketika cuaca sangat dingin, kudapati sebuah panggilan tak terjawab di telponku, sambil merebahkan badan, aku coba telpon balik nomer dengan panggilan tak terjawab   tersebut,   yang tidak lain dari Nabila. Telpon terhubung. “Halooo Nabila.” Kusapa dia saat sudah diangkat. “Iya mas,” lalu kudengar suaranya yang sedikit sumbang, tak tahu pasti kenapa bisa seperti itu. Aku diam, sejenak Nabila mengucapkan sesuatu. “Mas, maafin aku yah mas.” Ucapnya yang sontak membuatku penuh tanya. “Maafin kenapa Bil?” “Maafin aku mas, Nabila gak bisa menunggu mas Arian lagi.” mendadak kalimat itu membuatku tercenung. “Ini gimana sih maksudnya, ada apa sebenarnya Bil?” Suaraku mulai panik, bingung memikirkan ucapan Nabila yang begitu aneh dan mustahil didengar. “Ada banyak hal yang harus Nabila pertimbangkan dan itu berujung dengan tidak bisa lagi menunggu mas Arian. Nabila akan menikah mas.” Kini badanku luruh ke

MY FAMILY (family)

My family Written by Khoti Isnaeni Bagi setiap orang keluarga adalah segalanya. Ketika kita jauh merekalah rumah sesungguhnya, tempat untuk pulang dikemudian hari. Untuk itu menyakiti keluarga atau orang tua   adalah hal yg akan selalu membuat kita menyesal sepanjang hari karena menyakiti mereka sama dengan halnya menghancurkan rumah kita sendiri.   Seperti bulan puasa kemarin,   aku merasa aku telah menghancurkan rumahku tersebut, tanpa sengaja aku menyakiti salah satu keluargaku yaitu ayah.   Pada suatu sore awalnya aku hanya mau mempersiapkan minuman untuk berbuka puasa tapi kesalahan harus terjadi padaku karena aku terlalu membangkang pada perkataan ayahku.   Aku mempersiapkan es batu, blender, dan 3 sachet minuman coklat. Aku berniatan untuk memblender kesemuanya tapi karena azan magrib masih terlalu lama jadi kutinggalkan semua bahan-bahan itu tetap berada di atas meja.   Aku pikir untuk mempercepat proses memblender lebih baik dimulai dari mempersiapkan bahan terl

ASTAGHFIRULLAHAL ADZIM (friendship)

“astaghfirullahal adzim” Written by Khoti Isnaeni Aku pernah kecil dan aku pernah memperlakukan beberapa teman dekatku dengan tidak baik.   Aku pernah kecil dan sebagaimana anak kecil lainya aku selalu ingin menang sendiri dan tidak ingin membiarkan orang lain mendapatkan kemenangan itu.   Apakah aku sangat egois,   aku menganggap ini   benar-benar tidak waras. Aku memiliki 2 teman dekat,   sebut saja Rara dan Tanti. Oleh karena keegoisanku yang extrem, 2 temanku si Rara dan Tanti, mereka harus mengalami masalah serius akibat mereka menjauhiku.   Sekitar 14 tahun yang lalu ketika aku duduk di bangku kelas 2 SD.   Aku masih berusia 7 tahun hanya saja satu minggu lagi usiaku akan genap 8 tahun.   Pada saat itu, aku amatlah dekat dengan dua temanku Rara dan Tanti. Saat   di rumah, kita sering bermain bersama,   di sekolah kita juga bermain bersama karena kami satu kelas. Sayangnya pertemanan kami ini menjadi tidak sehat tatkala aku merasa bahwa Rara adalah orang yang sangat