Langsung ke konten utama

JATUH CINTA VIRTUAL PART 5

 JATUH CINTA VIRTUAL PART 5

SAAT HARI PERTEMUAN HAMPIR TIBA

Written by Khoti Isnaeni


Hari itu mentari pagi bersinar terang. Mbak santi dan Ana lalu mengawali hari dengan memasak bersama.  Saat memasak, mereka tetap membicarakan topik-topik yang cukup deep. Ana paling suka pembicaraan seperti itu. Apalagi mbak santi adalah wanita dewasa yang mempunyai banyak pengalaman.  Mbak santi membagikan banyak hal itu kepada Ana. Dia bercerita tentang calon suaminya, kebetulan mbak santi memang sedang menuju ke pernikahan bersama calonnya yang TNI. Dia bercerita juga tentang masa kuliahnya di UGM, masa kerjanya saat di Jakarta dan Jogja, serta kegagalannya dalam menemukan pasangan.

Namun sosok mbak Santi yang sekarang Ana temui adalah sosok luar biasa. Terlepas dari semua hal berat yang sudah terlewati. Di usianya yang menginjak 30 tahun sekarang, dia tergolong sukses membangun bisnis, sudah menemukan calon suami yang diinginkan dan juga memiliki karakter muslimah yang kuat. Berpakaian syar’i serta rutin mengaji dan ikut kajian.

Pernah suatu hari Ana disuruh menggunakan kaos kaki agar dia menutup auratnya dengan sempurna.

“Ana, coba kamu mulai diubah penampilannya. Coba mulai make kaos kaki biar tertutup semua auratnya.”

Lalu dengan bengeknya Ana menjawab.

“Tapi kaki ku butuh sinar matahari biar dapet vitamin D mbak.”

Ya, selain karena gila, Ana memang seringkali menyelewengkan jawaban-jawaban yang tidak semestinya.

“Nanti mbak santi kasih kamu kaos kaki 5 pasang deh tapi kamu pake terus.” Ucap mbak santi kemudian kepada Ana.

“waaahhh serius mbak?” Ana hanya bisa terkejut, “Yaudah nanti aku mau pake terus.” Ana akhirnya sangat kegirangan kala itu. Menyadari bahwa apa yang dilakukan mbak Santi sangat baik di mata Ana.

Satu hal yang akhirnya bisa sangat Ana kagumi dari mbak Santi ialah, karakternya yang begitu dermawan. Ia selalu berbagi sesuatu kepada Ana, begitupun saat dia berbagi kaos kaki hanya supaya Ana mau menutup aurat dengan sempurna. Bagi Ana itu adalah sikap dermawan yang dijunjung dengan ketulusan tiada tanding. Tak hanya itu, Ia juga selalu mencontohkan kepada Ana untuk mudah memberi siapapun, terhadap teman, saudara, tetangga. Hal itu dibuktikan sendiri oleh Ana saat salah satu temannya mendatanginya di rumah mbak Santi. Kawan Ana masuk ruang tamu berdua bersama Ana. Lalu dengan santainya mbak Santi menyuruh Ana mengambil makanan di kulkas agar disajikan kepada kawan Ana.

“Ana, kalo ada tamu, siapun itu jangan lupa dikeluarin makananya. Ini namanya memuliakan tamu.” Ucapnya kala itu saat Ana mengambil makanan tersebut di kulkas.

Ana lalu hanya bisa mengangguk. Maksud Ana, dia tahu hal itu tapi dia juga tidak enak hati kalau harus mengeluarkan makanan di kulkas karena sebagian besar makanan di dalamnya adalah milik mbak Santi. Untuk itu dia merasa tidak berhak mengambilnya. Namun setelah mendengar hal itu dari mbak Santi, Ana hanya bisa menyadari bahwa kebaikan yang mbak Santi miliki bukan basa-basi belaka. Dari situlah Ana mulai mengagumi karakternya dan belajar meniru karakter yang dimiliki oleh mbak Santi.

Nasi sudah matang dan sayur kang kung yang akan dimasak sedang dipotong-potong oleh Ana. Sementara mbak Santi sedang menggoreng tempe di depan kompor. Ana ingin bercerita satu hal mengenai perasaan kepada mbak Santi, di situlah Ia kemudian memulai obrolan mengenai Angga.

“mbak, kalo mbak Santi diajak bertemu sama laki-laki makan bareng gimana?” Ucap Ana sambil motongin kang-kungnya.

“makan yang gimana dulu,” pikir mbak Santi. “Kalo hanya berdua menurut mbak Santi sih jangan. Emang kamu mau makan bareng siapa Na?”

“sama orang yang disuka.”

“sama orang yang sering menelpon kamu malem-malem yah?” mbak Santi langsung menebak. “emang siapa sih dia?”

“hehe.... kok mbak Santi tahu sih,” Ana hanya bisa malu-malu. “dia kenalan, dari kawannya kawanku, kawannya kawanku lagi mbak.” Terang Ana kemudian.

Kenyataanya Ana memang dikenalkan oleh sumber yang bahkan tidak Ana kenal langsung.

“kalo laki-laki itu tidak berniat serius mbak saranin untuk jangan ladenin dia teralu lama. Kamu yang bakal rugi nantinya, kamu juga bisa berakhir patah hati.”

“tapi sepertinya dia akan serius mbak....” ucap Ana membela.

“kamu tahu dari mana dia akan serius?” ucap mbak Santi, “kalo serius coba aja tantang dia untuk mengta’arufmu,” mbak Santi menatap ke arah Ana.  “mbak akan carikan ustadzah untuk medianya kalo kamu mau.”

“haaaaa ta’aruf???” Ana kaget.

“Iya ta’aruf, kalo udah sama-sama siap pasti dia bersedia, tapi kalo nanti ternyata dia gak bisa siap atau main-main, dia akan mundur. Ini cara supaya  terhindar dari patah hati berlebihan dan yah tentu saja kamu tidak dipermainkan.”

Ana lalu berpikir panjang. Dia tahu cara yang disarankan oleh mbak Santi sangat-sangat tepat untuk dilakukan. Jika Ana ingin melihat sesuatunya dengan jelas, hubungan ini maksudanya. Apakah memang bisa serius atau main main. Semua akan terlihat saat Ana memberikan tantangan ini kepada Angga. Namun yang Ana pikirkan lagi adalah, bagaimana kalau Angga rupanya membutuhkan proses panjang, bukan ta’aruf seperti yang kita tahu, terjalin dengan sangat singkat. Mengingat masa lalunya, dimana dia gagal mengenali calon pasanganya kala itu. Tentu hal itu menyimpan trauma tersendiri yang akan selalu ada. Angga tetap akan takut memutuskan untuk menikah atau berkomitmen sekalipun dia tahu asal-usul Ana. Atau bahkan meski dia sadar Ana adalah wanita yang tepat baginya. Ana rasa Angga tak akan mudah memutuskan ke arah itu. Itulah yang Ana pikirkan.

Tapi apa yang dimaksudkan oleh mbak Santi juga benar. Ketika Ana terlalu lama berkenalan dan mereka berdua melanjutkan jalinan hubungan ini ke dunia nyata. Mungkin mereka akan makan bareng, hang out ke tempat liburan, dan sering menelpon, pasti akan ada resiko untuk patah hati yang besar jika sampai terjadi, kemudian gagal.

Memberi tantangan untuk taaruf mungkin adalah cara yang paling tepat untuk Ana lakukan, dengan begitu dia akan segera tahu bagaimana arah yang dia tuju, apakah gagal bersama atau berhasil. Namun dalam benak Ana sendiri, rasanya dia belum siap. Maksud Ana adalah, dia tahu Angga laki-laki yang sangat menyenangkan. Dia bisa menjadi pendengar yang sangat baik untuk Ana. Tempat berbagi humor, sekaligus tempat bertukar pikiran. Ana belum rela menukarkan hal yang sangat berharga ini hanya untuk menuntut kepastian. Meski Ana sangat sangat ingin tahu semuanya secara jelas.

Akhirnya, sekarang Ana mungkin memilih untuk menjadikan hubungannya mengalir layaknya air sungai yang berakhir ke muaranya. Namun muara yang dia maksudkan adalah, muara kebersamaan mereka atau bahkan perpisahan mereka.

Lagi pula Ana juga memiliki pemikiran yang aneh, dia bahkan beranggapan bahwa tidak akan rugi kalau Angga mempermainkan perasaanya atau menjadikan Ana pelampiasan, Ana akan menjadikan ini sumber pembelajaran yang berharga. Ana akan tahu rasanya dipermainkan seperti apa, akan tahu rasanya patah hati seperti apa, akan tahu rasanya menangisi seseorang yang dicintainya seperti apa. Atau bahkan akan mendapat pengalaman perasaan yang lain seperti kebahagiaan, kerinduan dan cinta dari seseorang yang juga merasakan hal itu ke Ana. Ini adalah fenomena sangat langka yang bisa dia alami. Bisa memiliki keinginan untuk mengenal seseorang saja sudah merupakan kemajuan yang luar biasa apalagi kalo Ana sampai mencintai orang tersebut. Pasti akan menjadi pengalaman terhebat bagi Ana si anak kepo.

Kira-kira seperti itulah hal-hal yang kini berkeliaran memutari pikirannya. Maka usai perbincangan itu, Ana masih menetapkan Angga sebagai seseorang yang special di hatinya tanpa mau peduli apakah Angga demikian dengannya dan tidak mau peduli seandainya kenyataanya nanti Angga main-main dengannya. Biar kata sekarang Ana masuk ke kandang macam, Ana masih tetap yakin dan tahu bagaimana caranya keluar dengan bijaksana dan utuh.

Malam hari, tepat setelah shalat isya. Ana mengurung diri di kamar. Dia duduk di meja belajar di dekat cendela. Dia membuka buku buku agama seperti fiqih wanita, munakahat dan buku pengetahuan tentang sunah Nabi. Dia ingin membekali dirinya dengan ilmu agama agar nantinya makin baik pengetahuan Ana. Lalu di malam itu juga, Ana menunggu Angga menelponnya. Sampai kemudian pukul menunjukan jam 9 malam, handphone Ana berdering. Sebuah panggilan dari Angga.

“hallo Assalamualaikum.” Sahut Ana.

“ohh hey, Waalaikumussalam....” jawab Angga dengan gaya lembutnya.

“kalo ngomong gak usah lembut-lembut, biasa aja agak digedein gitu loh.” Ana sewot. Menganggap suara Angga menganggu keimanannya.

Kenyataanya adalah Ana sangat-sangat menyukai suara Angga. Suaranya bahkan seperti menggambarkan sosok laki-laki dengan kebijaksanaan paling tinggi. Seperti laki-laki yang hangat sekaligus penuh wibawa. Namun selain menyukai, Ana juga menganggap suara Angga adalah ujian bagi imannya. Karena setiap kali Angga berbicara, hati Ana ikut hanyut. Ya, Ana memang semampus itu.

“YAUDAH NI TAK GEDEIN NGOMONGNYA!!!!” Angga lalu teriak keras.

“Hadeh!!!! kamu tuh mau nyakitin kupingku apa yah?” Ana kesal sambil memegangi kupingnya, “Keras banget gitu....” keluhnya lagi.

“Andai membunuh itu halal, udah aku cekek leher kamu Na.” Ucap Angga geram dengan prilaku Ana yang membingngkan, “BURUAN PASSWORDNYA!!!!” lanjutnya sambil tertawa.

“hahahaha...... berhasil...... berhasil..... hore!!! Bahagia banget gueee udah bikin orang kesel.” Ana lalu tertawa dengan sangat puasnya. Bahkan sembari duduk, Ana juga sembari joged kegirangan.

“Ana cantik, baik hati dan pemilik Hogwarts.” Lanjut Ana menyebutkan password.

“Baik hati apanya, preeeettttt......” Angga mendadak sensi.

“Emang kenyataan kali.” Ana membatai Angga.

“Apa? pemilik Hogwarts? Hogwartsnya Harry Potter?” Tanya Angga.

“Iya” Jawab Ana.

“Bisa main sihir dong?” tanya Angga lagi, “coba mainkan sihirnya.” Lanjutnya.

“Sihir menjemput jodoh virtual, adakadavrah......!!!!!” Jawab Ana bengek banget.

“HAHAHAHA” Angga tertawa keras dan Ana juga tertawa ngakak.

“Eh udah makan belum kamu Na?” tanya Angga kemudian.

“Ehhhhh sorry, aku gak suka sama pertanyaan basa-basi.” Ana sok serius.

“Oh oke.” Angga menjawab, “menurut mu apa pengaruh adanya industri 4.0 dengan kecanggihan teknology terhadap pedagang cireng, bakso bakar dan mie ayam yang di jual di pinggir jalan di dekat trotoar agak berdekatan dengan perumahan-perumahan elit seperti perumahan kepresidenan rakyat Myanmar.” Lanjut Angga memberi pertanyaan serius lebih serius dari Rafathar cabut gigi. “Coba tolong mbak dijawab.”  Ucapnya lagi.

Seketika Ana bengong, membisu dan tercekik dengan pertanyaan itu. Lalu dia hanya berdeham, “hhhmmmmmmmm......makan cireng sama bakso kayaknya enak juga nih.” Lanjutnya.

“haduh mbak, dijawab mbak bukan disuruh ngode makanan.”

“hahahaha....” Ana tertawa. Merasa dirinya lebih baik terlihat bodoh dan pasrah saja.

“hahahaha dasar betina” Angga ikut tertawa juga.

“Kamu lagi ngapain?”  Tanya Angga mulai serius.

“Tadi abis baca buku Munakahat. hehehe”

“Waahh udah dapet apa aja, coba ceritain isinya.”

“Banyak sih yang aku baca,” jawab Ana “tapi tadi aku ingat kalimat bagus, kalimatnya begini, ‘hormatilah suamimu seperti halnya kamu menghormati ayahmu’ dan aku masih bingung nih sama kalimatnya. Soalnya kayak baru tahu gitu. Apa emang bener cara hormatnya sama?” Ana membeberkan.

“iya sih memang harus gitu. Hormatnya istri ke suami yah kayak hormatnya dia ke ayahnya. Yah gak boleh ngomong kasar atau membentak gitu. Aku punya suatu cerita nih. Ini bisa dijadikan teladan.” Angga menjelaskan. Ana pun mulai serius menyimak.

“cepet ceritain.” Ana tidak sabar.

“jadi ada seorang perempuan yang sudah memiliki hapalan al’qur’an 30 juz.” Angga mulai cerita panjang lebar. “Lalu dia menikah dengan laki-laki yang saat itu belum mempunyai hapalan sama sekali. Terus perempuan ini merahasikan hapalan dari suaminya gitu kan, yah, dan mengajak suaminya untuk menghapal al-qur’an sama-sama. Jadi seolah-olah tuh mereka sedang mengejar target dari start yang sama. Mereka berdua lalu saling menyemangati, dan di sini istrinya bahkan berpura-pura gitu untuk menjadi yang kalah. Yah tujuannya untuk membuat suaminya merasa lebih baik dalam mengahapal. Biar suaminya merasa menang. Gitu kan. Sampe akhirnya suaminya deh yang nyemangatin istrinya untuk lebih rajin lagi menghapalnya.”

Ana tersenyum.

“endingnya, yah istrinya langsung semangat gitu, pura-pura menghapal. Akhirnya  mereka berdua sudah punya hapalan quran yang sama. 30 juz. Tahu apa pelajaran yang bisa diambil?”

“apa?” tanya Ana penasaran.

“strategy istrinya sangat cerdas. Dia tahu cara nya membuat suaminya menjadi guru untuknya tanpa dia yang menggurui. Berbeda dengan fenomena sekarang. Kalo sekarang, istri lebih hebat dari suami bisa aja malah bersikap sombong dan merendahkan suami.”

“Makanya nanti kamu gak boleh kayak gitu” Ucap Angga mengakhiri cerita.

Ana  kembali tersenyum sendirian. Antara kagum dan terpesona dengan penjelasan Angga. Ana bahkan mulai berkhayal tentang Angga yang makin menakjubkan untuk Ana.  Seorang laki-laki yang memiliki pemahaman dan mindset yang baik.

“Iya. Aku bakal gitulah nanti.” Jawab Ana sok manis.

Entah kenapa Ana menjadi jinak dihadapan Angga. Dia ingin memberi kesan bahwa dia perempuan yang ingin sekali ta’at dengan Angga padahal Ana sadar kalau mereka berdua sama sekali belum memiliki komitmen tetap. Tetapi mereka berdua hanya bisa saling menunjukan rasa itu. Rasa seperti ingin saling memiliki yang sama. Rasa ingin diterima dan dikagumi.

“Yah ada banyak banget ilmu pernikahan yang memang wajib kamu pelajari, seperti adab dengan mertua. Kalo perempuan menikah juga belajar adab berhubungan dengan orang tuanya. Karena kan sudah ada suami yang memegang kendali penuh atas istrinya nanti.”

“Iya bener banget.” Jawab Ana pelan.

Malam itu menjadi hal yang cukup berharga bagi Ana. Mereka bisa mengobrol kesana kemari dan penuh canda tawa. Lalu sesekali membahas suatu topik yang berat. Yang membuat Ana semakin kagum akan pengetahuan yang Angga miliki. Dilain sisi Angga juga merasakan hal yang sama. Dia juga berpikir bahwa Ana cukup menakjubkan untuk dirinya. Malam itu Ana beranggapan seolah Angga adalah sosok yang sudah lama Ia kenali. Seperti sosok yang tanpa jaim-jaim lagi untuk berkata apapun. sosok pendengar dan pemberi tauladan untuk Ana.

Suasana malam itu sedikit mendung dan panas. Ana kemudian bediri di cendela kamar untuk mendapatkan angin segar. Ia memainkan rambutnya sambil merenungi sesuatu. Hingga pikirannya lari ke suatu peristiwa yang bisa dibilang cukup membagongkan. Ana kemudian mencoba menceritakannya kepada Angga.

“Ehhh Angga. Kamu pernah gak sih ngalamin kejadikan super lucu atau bisa dibilang sangat aneh dan kamu inget itu sebagai memory membagongkan. Ada gak?” tanya Ana.

“hhmmm....” Angga berpikir sejenak. “cerita lucu lah yah intinya?” tanya Angga lagi.

“hm ya. Cerita lucu.”

“aku tuh pernah dulu kecelakaan sama temen, di deket sawah gitu tempatnya. Awalnya aku mau ngakak pas liat temen ngelundung ke paretan. Tapi pas aku ngaca, aku liat mulutku berdarah, akhirnya aku cancel ketawanya. Aku milih nangis aja.”

“iihhh sumpil sih. Membagongkan banget asli. hahahaha” Ana lalu tertawa.

“ya mungkin itulah cerita bego ku. Kalo kamu apa?” Tanya Angga.

“Kalo aku, hhmmm.” Ana berpikir. “ini bukan cerita soal aku sih tapi ini lucu banget.”

“Apa tuh?” tanya Angga tak sabar.

“dulu aku kan SMA tinggal di asrama. Jadi kalo makan suka bareng-bareng gitu sama kawan kawan. Nah ada salah satu temenku, dia itu mau buka puasa. Dia mau minum yakult ceritanya. Eehh malah yakultnya tumpah ke lantai. Sama aku tak bilang, ‘eh seruput dong yakultnya sayang itu belum sampe 5 menit’  aku bilang begitu kan niatnya becanda karena ngliat ekspresi muka temenku kayak sayang yakultnya tumpah. Tapi ternyata dengan tiba-tiba banget dia seruput beneran yakultnya.”

“make mulut?” tanya Angga kaget.

“iya make mulutlah masa make kaki.” Jawab Ana sewot.

“hahahah ngakak sih sumpah. Jadi tuh yakult bukannya menyehatkan usus malah menyakiti usus nya itu yah.”

“yaah bener banget itu. Sampai sekarang yah kalo ketemu kawanku yang satu ini bawaanya mau ketawa terus.” terang Ana kemudian. “Mungkin kalo dia nikah dan suaminya sampe tahu kisah dia ini, bakal kena talak di tempat dia. hahaha” Ana tertawa.

“hahahaha. Aku aja mau mbrebes nih bayanginnya. Sumpah mulutku agak cengeng nahan ketawa.” Angga tertawa lagi. “Salam buat temen mu yah jangan sampe adegan dia nyruput yakult di lantai terjadi di restoran yang banyak pengunjungnya.”

“hahaha. Iya aku salamin nanti yah. Takut juga aku kalo sampe itu terjadi dan suaminya tahu. Dia ditalak terus dikasih minum sianida setelahnya.”

“waahh ini patut diwaspadai. Ingatkan kawanmu terus pokoknya.”  Ucap Angga dengan kecemasan level up.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Ana sudah mengobrol dengan Angga selama 1 jam. Dia lalu sedikit menguap hingga Angga mendengarnya.

“udah ngantuk kamu?” tanyanya kemudian.

“sebenarnya gak ngantuk sih, Cuma ........”

“Cuma pengen tidur?” Sahut Angga nyablak.

“Iya bener sekali ferguso.” Ana berkata mantap.

“yaudah tidur gih kalo begitu.” Ucap Angga.

“yaudah matiin kalo gitu telponnya.”

“yaudah Assamualaikum .......”

“yaudah waalaikumussalam......”

Beberapa detik kemudian.

“kok gak dimatiiniiiiiiiiinnnnnnn?” tanya Ana keras.

“kamu aja yang matiin.” Jawab Angga.

“iihhh kamu ajalah, kamu kan yang nelpon.”

“kamu aja.”

“iiihhhh kamu aja.”

Ana lelah akhirnya dia terpaksa bilang, “yaudah matiin bareng-bareng yah, okey.”

“okey.”

Ana mulai berhitung.

“satu,,,, dua,,,, tiiiiiiiiigaaaaaaaaa”

Beberapa detik kemudian.

“loohhhhhh kok masih idup telponnya?” Ana menjerit.

“kamu kenapa gak pencet tombol mati?” tanya Angga sewot.

“pleaseeee deh jangan konyol. Kalo masih pengen ngobrol ngomong.” Ana lebih sewot semlehot.

“kamu aku ajak makan bareng weekend ini. Harus mau!!!!” Angga masih ngegas.

“iihhh apaan, buru-buru banget ngasih taunya.”

Tuuttt tuttttt..... dan akhirnya telpon langsung terputus. Angga yang mematikannya.

Ana masih terbengong-bengong. Kalimat terakhir Angga untuk mengajak makan bersama masih keliling di kepala Ana. Ana pun seperti bingung, stres dan depresi. Dia sampai memegangi kepalanya, berpikir keras. Bukan dia tidak suka bertemu dengan Angga. Dia sangat ingin bertemu Angga. Tapi kini nyalinya menciut. Dia nampak bersiap-siap mengorbankan hubungannya kalau-kalau pada pertemuan tersebut dia tidak berhasil. Kecemasan Ana akan penampilan dan rupa menjadi faktor utama. Yang kedua adalah, dia akan sangat kikuk dan malu-malu harus berhadapan langsung dengan seorang pria. Ditambah dia tak pernah melakukan ini sama sekali sebelumnya.

“Ya Tuhan apa yang akan terjadi????” Ana makin menggila.

Akankah Ana bertindak layaknya accismus? yakni berpura-pura saja tidak menyukai Angga padahal sangat menyukainya. Mungkin kah bisa cara ini digunakan? Ana masih berpikir tentang itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JATUH CINTA VIRTUAL PART 4

 JATUH CINTA VIRTUAL PART 4 KISAH CINTA KITA DI MASA LALU Written by Khoti Isnaeni   Ana sedang berada di kamar. Di tengah malam setelah shalat isya, Ia memberesi kamarnya serta memilah dan memilih barang-barang yang akan dibawanya ke Bandar Lampung. Dia juga sudah mengatur rencana. Ia akan tinggal bersama teman lamanya. Kebetulan temannya tinggal sendiri di sebuah rumah dan membutuhkan seseorang untuk tinggal bersama. Ia akan memulai pekerjaan barunya dengan bergabung di sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris sebagaimana dulu Ia berkuliah dan mengajar dalam bidang ini. Ia ingin mempelajari Bahasa inggris lebih banyak. Mempelajari level-level dari paling bawah sampai teratas. Dan targetnya kala itu adalah menguasai teknik pengajaran TOEFL atau IELTS. Dibalik itu semua, orang tua Ana sudah memberinya izin. Meski pada awalnya mereka sangat berberat hati melepas Ana sendirian di kota besar tapi Ana akhirnya berhasil meyakinkan. “yaudah kalau maunya balik ke Bandar Lampung, kalau n

Panduan dalam Menghindari Cowok Modus

Panduan dalam menghindari cowok yang modus Jika kamu seorang cewek dan sering dimodusin cowok, maka bersabarlah mungkin ini ujian, tapi jangan diambil pusing, jangan takut, jangan ada dusta diantara kita, karena kamu bisa menghindarinya tanpa membuat cowok tersebut tersinggung, beberapa hal disini dapat kamu jadikan panduan dalam menghindari cowok yang modus tadi. Okey stay tune! 1.       Dia ngubungin kamu terus Gak ada ujan gak ada ojek kok tiba-tiba dia hubungin kamu terus, dari pagi misalnya dilanjut siang terus malem, seterusnya hubungin tanpa membicarakan hal yang penting, maka kamu berhak risih dengan perlakuanya yang tak biasa, hati-hati hal yang perlu kamu lakukan adalah, pertama kamu balas saja pesanya tersebut lalu jika beberapa saat ia masih hubungin lagi jangan dibales, tapi tunggu sampe satu jam berlalu, barulah kamu balas pesan dia dan jangan lupa sertakan maaf karena telat membalas agar dia tak mengira kamu menghindarinya, ini penting agar kamu tidak dianggap c

JODOH TIDAK AKAN KEMANA (romance)

JODOH TIDAK AKAN KEMANA Written by Khoti Isnaeni " Takdir yang telah membuatku jatuh cinta maka biarkan takdir pula yang menyelesaikannya. "              “Hey Cantik.” Aku sempat malu dan gak karuan rasanya ketika mendapat sapaan itu dari Amir. Sempet senyum-senyum namun secara mendadak senyumku berubah manyun. “Apa sih manggil-manggil” Amir langsung merespon. “Cacar bintik-bintik.” Sambil ketawa jumawa. Begitu dengar kalimat itu, sumpah deh aku langsung lari ngiprit dan menjauh kayak kadal dikejar ular kobra. *** Heey, aku Leli, sering disapa Leli oleh kawan-kawan. Sudah 10 tahunan silam cerita di atas telah terbenam, namun masih seperti baru saja terjadi kemarin.   Dulu aku memang menyimpan perasaan cintaku pada Amir, seseorang yang kukenal sejak di bangku SMA. Diawali dengan panggilan cacar bintik-bintik yang aku rasa menarik juga untuk diceritakan. Kalau boleh jujur, itu adalah salah satu permulaan mengapa aku bisa suka. Karena dia pern