JATUH CINTA VIRTUAL PART 6
SHE FEELS THE ENDING
BEFORE IT EVEN STARTS
Written by Khoti Isnaeni
Ana sedang di dalam
kamarnya. Ia berpikir akan hal yang saat ini tengah Ia rasakan. Tepatnya
sebelum Ia bertemu dengan Angga. Ia masih memiliki banyak sekali pertanyaan
yang sulit Ana jawab sendiri. Tentang kenapa Ia bisa mengalami kejadian semacam
ini dalam hidupnya? Kenapa dia bisa sangat menginginkan Angga, cinta virtualnya,
padahal Ana sendiri tak pernah jatuh cinta dengan seseorang di dunia nyata.
Hanya sosok senior yang 7 tahun lalu satu sekolah dengannya yang pernah membuat
Ana merasa jatuh cinta itu pun jatuh cinta diam-diam. Pasca kecelakaan perasaan
itu, Ana tak mampu menyukai siapapun lagi. Teman kuliah, senior saat kuliah
atau siapapun yang mencoba mendekati Ana.
Sempat mencari tahu
tentang apa penyebab Ana tak dapat menyukai seseorang, betul memang kalau Ana Sapiosexual yang menyukai kecerdasan laki-laki namun orang-orang seperti ini
tidak pernah ada di circle Ana. Mungkin juga kesendirian Ana merupakan bentuk Do’a dari jodoh yang saat ini belum Ana temui. Mungkin sosok jodoh Ana
menguatkan do’a nya agar Ana tetap sendiri. Karena terkadang Ana menemui sebuah
tulisan yang mengatakan hal seperti itu. Sehingga demikian juga yang Ana
rasakan.
Pertanyaan yang
kemudian muncul adalah kenapa lalu Ana bertemu Angga. Sebenarnya siapa Angga
untuk Ana? Kenapa kehadirannya sangat kuat mengisi perasaanya. Kenapa
kehadirannya sangat tepat usai Ana menangis di atas balkon rumahnya malam itu. Malam
itu Ana benar-benar memusatkan seluruh rasa keinginannya, meng-visualisasikan
sosok lelaki yang menjadi angan-angannya selama ini. Dia sedang mem praktekan The law of Attraction yang Ana pelajari dari SMA. Atau sering disebut hukum
tarik menarik. Ana melakukan ini dalam beberapa bulan terakhir untuk memiliki
pasangan dan datanglah Angga.
Apa itu The law of Attraction? Berdasarkan artikel dari www.verywellmind.com. The law of attraction
is a philosophy suggesting that positive thoughts bring positive results into a
person's life, while negative thoughts bring negative outcomes. It is based on
the belief that thoughts are a form of energy and that positive energy attracts
success in all areas of life, including health, finances, and relationships.
Maksud dari The law of Attraction adalah saat kita meng-visualisasikan apa yang kita inginkan. Disitu
kita membutuhkan fikiran, perasaan, persepsi dan sikap yang mana saat semuanya
bersatu kita dapat menghasilkan suatu getaran positive atau kekuatan yang besar
akan keyakinan yang tumbuh kuat mengisi diri. Hal ini yang menjadi penyebab
adanya kejayaan dan kebahagiaan yang mana semuanya berawal dari pemikiran dan
perasaan yang seterusnya memberikan pengalaman dan tanggung jawab kepada
kehidupan realita kita.
Dengan begitu
seseorang akan menjalani kehidupannya dengan penuh optimisme yang baik. Ketika
seseorang selalu disokong oleh alam semesta dimana setiap kali kita
mengeluarkan gelombang yang dipancarkan oleh pikiran dan perasaan positive lalu
hal itu menyatu dengan alam semesta. Maka kita akan mampu mengubah kehidupan
sekiranya kita ingin mengubahnya.
The law of Attraction
bisa dilakukan dengan cara menvisualisasikan sesuatu yang kita inginkan.
Anggaplah kita sedang memesan sesuatu tersebut dengan alam semesta. Sehingga
kita perlu menghadirkan energi yang cukup kuat agar alam semesta menghadirkan
hal yang kita inginkan untuk segera datang. Namun syarat terpentingnya adalah kita
harus memiliki keyakinan yang tumbuh terus menerus dan sangat kuat akan hal
tersebut.
Dalam agama Islam
sendiri, syarat terkabulnya Do’a adalah harus penuh keyakinan. Rasulullah
bersabda, “Berdoalah kamu kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doamu pasti
akan dikabulkan. Ketahuilah olehmu, bahwasanya Allah tidak akan mengabulkan doa
yang keluar dari lubuk hati yang lupa lagi lalai.” Di sini kita dapat simpulkan
bahwa dalam agama Islam sangat penting untuk merasa yakin saat berdoa begitupun
dalam The law of attraction. Jangan ada keragu-raguan dalam hati dan jangan
ber Do’a sekedar basa-basi karena Allah tidak akan menerimanya.
Kita bisa pelajari
dan mencari tahu The law of Attraction dalam buku “The secret” yang dikarang
oleh Rhonda Byrne. Bahkan buku ini sudah difilmkan pada tahun 2006 dan sangat
populer kala itu. dijelaskan dalam storyline nya bahwa The world's leading scientists, authors, and philosophers
reveal The Secret that utterly transformed the lives of every person who ever
knew it... Plato, Newton, Carnegie, Beethoven, Shakespeare, Einstein.
Jadi dapat dikatakan bahwa orang-orang hebat di dunia seperti
Plato, Newton, Carnegie, Beethoven, Shakespeare and Einstein sudah mem praktekan The law of Attraction dalam hidupnya. Inilah rahasia kesuksesan mereka.
Ana berpikiran mengenai ini di kamarnya. Dia mengaitkan
tentang The law of Atrraction yang Ia praktekan untuk menarik pasangan dengan
kehadiran Angga. Malam itu Ia merasa tangisan yang Ia hasilkan adalah hasil
khayalan yang dia rasa begitu nyata. Suatu angan-angan yang Ia putar di alam
bawah sadarnya hingga Ia terharu dan bersyukur. Tapi masih menjadi pertanyaan
besar apakah benar Angga orangnya. Apa Ana jutru sedang menarik sesuatu yang
salah untuknya? Ana juga berpikiran tentang sesuatu yang aneh ini.
Kini Ana hanya bisa khawatir. Mendekati pertemuannya dengan
Angga membuatnya merasa cemas. Padahal tidak seharusnya berlebihan seperti itu.
Dia hanya perlu bertemu saja dengan Angga, anggaplah Angga itu teman Ana. Ana
bisa berlagak seperti Accismus yang berpura-pura tidak tertarik dan bisa berbicara
normal seperti berbicara dengan teman sendiri.
Di lain sisi juga Ana merasa takut yang negative. Dia tiba-tiba
merasa skeptis dengan apa yang mungkin bisa terjadi di pertemuan pertamanya.
Ana berpikir kalau Angga bisa saja menaruh obat pingsan di minuman Ana lalu Ana
dibawa ke hotel. Bagaimana pun pikiran negative ini tidak bisa dihindarkan. Ana
baru saja mendapat banyak berita di media online. Seorang laki-laki mengajak
perempuan bertemu di suatu tempat lalu diperkosa dan dibunuh. Lalu ada lagi
berita serupa, seorang anak remaja bertemu pacar lewat aplikasi online lalu
anak itu malah diperkosa oleh pacar dan teman pacarnya. Hal ini tiba-tiba
mengejutkan Ana. Kenapa begitu banyak berita semacam ini yang menghampiri
beranda Instagram Ana.
Sebetulnya Ana tidak ingin memiliki pikiran buruk itu.
Lagipula Angga adalah laki-laki yang dia anggap sangat baik. Tapi apa mungkin
kebaikan Angga yang dirasakan oleh Ana itu karena Ana terlalu polos. Apa
mungkin Ana sedang mengalami tipu daya Angga sehingga Angga menunjukan hal yang
baik-baik kepada Ana. Sehingga Ana
tercuci otaknya lalu beranggapan bahwa Angga laki-laki baik yang tidak mungkin
melakukan kejahatan. Ana yang merasa dirinya terlalu polos dan juga menyadari
bahwa dia polos dan sering tertipu harus merasa seperti itu. Maka sangat wajar
bahwa Ana sedang berhati-hati dengan anggapan-anggapan baik soal Angga. Dia lalu
sangat skeptis hari itu juga.
Karena hal inilah lalu Ana mengirimkan pesan kepada Angga
untuk makan bersama teman Ana. Teman yang dimaksud adalah mbak Santi. Dia
melakukan ini supaya menjadikan pertemuan pertama dengan Angga bisa aman-aman saja. Ana lalu berdiskusi
dengan mbak Santi dan mbak Santi pun menyetujuinya.
“Angga apa aku boleh mengajak teman ku ikut makan bersama
kita. Dengan mbak Santi.”
Ana lalu mengirimkan pesan ini kepada Angga. Angga pun tahu
siapa mbak Santi. Lalu beberapa saat kemudian Angga membalas.
“Kenapa harus sama mbak Santi? Kita akan merasa canggung
mengobrol bertiga. Apalagi ini pertemuan pertama.”
“Oh ya udah.” Balas Ana kemudian.
Dari jawaban yang diberikan oleh Angga. Hal ini lalu membuat
persepsi baru Ana tentang Angga. Pertama, bertemu berdua tentu bukan seuatu
yang baik. Hal ini bisa dikatakan berkhalwat yang mana dalam Islam tidak
diperbolehkan. Namun Angga mau mengajak Ana bertemu begini. Ana sedikit kecewa
kala itu meski sebenarnya Angga tak terlihat buruk juga. Yah, Ana hanya merasa
sepertinya semua laki-laki sama seperti Angga. Meski di lain sisi terlihat menonjol
dalam pemahaman agama, satu sisi seperti mengobrol berdua dengan perempuan mungkin
dianggap trend yang memang lumrah terjadi. Apalagi dunia sekarang memang
seperti itu adanya. Pacaran menjadi sesuatu yang sangat biasa. Bukan sesuatu
yang tabu.
Ana tidur dan termenung di atas kasur kamarnya usai shalat
magrib. Dia cukup banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang begitu berat
malam itu. Ditambah dia harus merancang masa depannya di kota ini. Berbagai hal
sedang Ana pikirkan. Kalau mengenai Angga, dia menarik kesimpulan. Dia ingin
mencintai Angga tapi dia belum pernah bertemu. Dia ingin bertemu Angga tapi
skeptis. Dia ingin menikah dengan Angga tapi kok jauh amat mikirnya. Jatuh
cinta virtual yang Ana alami pada akhirnya cukup berat. Dia tak pernah
memenangkan rasa tenang dibalik rasa senang. Dia juga tak mampu memenangkan
rasa damai dibalik rasa cintanya ke Angga. Meskipun ia sadar akan keinginannya
dengan Angga tapi beberapa hal muncul dalam bentuk kecemasan.
Di hari sabtu pagi, yakni hari dimana Ana akan bertemu Angga.
Ana malah meng-cancel pertemuan tersebut. Alasan Ana adalah dia akan mengurus
suatu pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Pagi itu cuacanya juga cukup
mendung, ada gerimis rintik-rintik mendarat pada area kotanya. Ana merasa hari
itu memang kurang menyenangkan. Ana khawatir pertemuan itu malah akan bertambah
kacau.
“Jadi gak papa kan gak bisa ketemu sabtu ini?” Tulis Ana
lewat WA yang dikirimkan ke Angga.
“Yaudah gak papa, mungkin ini bukan waktu terbaiknya.” Jawab
Angga ke Ana.
Beberapa saat kemudian Ana pergi mengurusi pekerjaanya di
lembaga kursus. Dalam hatinya, Ia lalu merasa tak enak dengan Angga. Ia merasa
telah mengecewakan Angga hari itu tapi Ana juga mengira bahwa pertemuannya
dengan Angga bisa dilakukan kapan saja. Bisa minggu depan atau minggu depannya.
Karena mereka ada di kota yang sama. Sepertinya cukup mudah untuk membuat janji
pertemuan.
Minggu depannya rupanya benar. Saat sekolah sudah berlibur,
di hari minggu pagi Angga mengirimkan pesan WA ke Ana.
“Hari ini sibuk gak?” tulisnya.
Lalu Ana membalas.
“Aku ada jadwal ngajar privat jam 10.” Balas Ana. Ia memang
ada jadwal private di hari itu.
Lalu pesan itu hanya dibaca saja oleh Angga tanpa
menanggapinya lebih lanjut. Ana merasa bingung kenapa Angga bertanya seperti
itu. Ana beranggapan mungkin Angga hendak mengajak Ana keluar bersama.
“Apa kamu mau mengajak ku keluar?” akhirnya Ana mengirim
pesan ini ke Angga.
Pesan itu lalu tak dibaca oleh Angga, juga tidak dibalas
sampai malam hari. Ana semakin bingung. Kenapa juga Angga mengajaknya bertemu
secara mendadak seperti itu. Apa mungkin Angga suka hal-hal yang mendadak
seperti ini. Ana hanya bisa menebak kelakuan Angga yang baru.
Hari berganti hari, setelah Ana menggagalkan pertemuan itu
dan malah tidak bisa keluar dengan Angga. Ana malah merasa semenjak itu Angga
berubah. Inilah point yang mendasari perpecahan di antara mereka. Ada beberapa pesan WA Ana yang tidak dibalas hingga
berhari-hari. Bahkan ketika Ana meminta Angga untuk menelpon, Angga sudah
katakan iya. Namun saat Ana menunggu, Angga malah tak menelponnya sama sekali.
Di hari itu, Ana menunggu hingga larut malam namun sampai
pagi Ana tak mendapat kabar apapun dari Angga. Ana sangat khawatir. Sampai-sampai
Ana mengirimkan pesan yang amat panjang berisikan kekecewaan dan amarah.
“Maaf Na, semalam di rumah lagi mati lampu dan HP juga low.”
Jawab Angga melalui pesan WA. Menanggapi
WA Ana.
Akhirnya di pagi itu amarah Ana lalu sedikit meredam. Mungkin
dia sudah bisa memaklumi alasan yang Angga berikan. Namun tetap saja Ana merasa
Angga sudah mengecewakan Ana. Pesan-pesan Ana yang lama tak dibalas cukup
memberikan goresan yang perih di hatinya. Tidak mungkin dia sangat-sangat sibuk
lalu sampai tak bisa membuka chat milik Ana. Dalam satu hari pasti ada satu
waktu Angga membuka ponselnya. Logika Ana tentang ini mungkin adalah hal yang
akhirnya cukup menyakitkan dirasakan. Ya, mungkin Angga tak menginginkan Ana
lagi. Mungkin Angga sudah berpikiran lain dengan hubungan ini. Sudah 3 bulan
hubungan Ana dan Angga berjalan dan semuanya tak kunjung memberikan kepastian.
Dan kalau semua terlalu cepat dipastikan kita lah yang akan merasa terlalu
cepat menentukan.
Ana tak tahu apa yang lalu dicarinya dalam hubungan ini. Saat
salah satu terlihat sudah menunjukan perubahan. Ana mungkin harus ikut mundur
perlahan-lahan.
Suatu hari, Ana tak mau lagi melihat story WA milik Angga.
Begitupun Ana meng-hide Angga agar tak bisa melihat story WA milik Ana. Ana
berpikiran untuk all out membuang perasaanya itu. Jika memang harus diakhiri,
Ana harus bisa segera memulainya.
Di tengah malam yang sudah sangat larut. Ana lalu menangis di
dalam kamarnya. Ia cukup sedih menghadapi kenyataan berpisah dengan Angga. Dia
mencoba mengalihkan kesedihannya dengan menonton film tapi hal itu malah
membuatnya bosan. Ana juga mencoba membuka salah satu novel mbak Santi untuk
dijadikan hiburan tapi malah tetap merasa bosan. Pikiran Ana benar-benar
terarah ke Angga. Ana sampai terus berpikir tentang apa kesalahannya hinga
Angga berubah sikapnya seperti itu. She feels the ending before it even starts.
Ana sudah merasakan sebuah akhir bahkan saat semuanya belum dimulai. Angga dan
Ana belum bertemu. Tapi semuanya seperti sudah harus diakhiri. Dan ini sangat
sangat menyakitkan untuk Ana.
Saat proses itu berjalan. Rupanya benar, tak ada satupun baik
dari pihak Angga atau Ana yang mau mengirim pesan lagi. Pesan terakhir Ana yang
tak dibaca membuat Ana berpikir tak mungkin baginya mengirimkan pesan apapun
lagi untuk ke dua kali. Salah satu cara paling jitu, Ana harus membiarkan Angga
seperti sampah yang hanyut di sungai perasaanya. Ana harus menjaga wibawanya
untuk tak memungut sampah itu kembali.
Tapi kenapa? rupanya Ana merasa begitu sakit. Sakit yang
sebenar-benarnya. Sakit merindukan Angga. Sakit melewatkan Angga. Ana
berminggu-minggu melacak Angga melalui Instagram nya lalu berminggu-minggu
membuka WA Angga hanya untuk melihat apakah dia online atau offline.
Satu bulan berjalan dan ritme ini masih saja sama. Ana tak
mendapat kabar apapun dari Angga dan berulang kali hanya bisa bolak-balik
menatap WA Angga. Dalam benak Ana. Cara ini sungguh tak beres. Perpisahan
seharusnya bisa sama-sama disampaikan. Jika memang tak ingin berlanjut. Karena
jika tidak. Ana akan terus berpikir untuk menungu Angga.
Di tengah malam, Ana lalu merangkai kalimat perpisahan kepada
Angga. Ia menulisnya sembari tertidur dan penuh isak tangis. Setiap rangkaian
kalimat yang Ia buat menyumbang kepedihan tersendiri bagi hatinya. Bahwa air mata yang Ana keluarkan sungguh
menyadarkan Ana betapa kuat dirinya melawan patah hati ini.
“Assalamualaikum Angga. Maaf jika harus menganggu waktunya.
Aku hanya ingin menyampaikan suatu hal kepadamu. Mungkin saja salam perpisahan.
Dari awal kita memulai ini, aku mendapatkan hal yang begitu berharga. Aku ingin
berterima kasih kepadamu saja. Aku berterima kasih karena kehadiranmu
memberikan hal baru untuk ku. Aku adalah orang yang susah mengenal orang lain.
Aku jarang membuka diri dengan siapapun yang mendekat.
Saat denganmu juga sebetulnya aku mengawali ini dengan
keraguan. Aku tak yakin mau mengenalmu lebih jauh. Namun anehnya semakin hari
aku merasa nyaman dan mungkin bisa dibilang bangunan chemistry kita cukup
berhasil ku rasakan. Ini seperti fenomena alam, karena mau mengenal seseorang
saja aku sudah sangat bersyukur apalagi jika memiliki perasaan lebih dari itu
dan aku akan lebih bersyukur ketika menyadari orang tersebut merasakan hal yang
sama. Sempat aku berbunga-bunga karena hal ini. Bagaimana pun kamu adalah orang
yang sangat menyenangkan dan sudah mendengar banyak ceritaku.
Tapi perkenalan ini harus diakhiri. Aku tidak perlu
mengatakan kenapa. Aku rasa kamu adalah pihak pertama yang mengakhirinya. Jadi
aku bermaksud mengatakan ini supaya aku merasa lega melanjutkan pencarianku.
Kamu berhasil mengisi bagian perasaanku yang selama ini seperti kamar kosong
tanpa penghuni. Aku rasa ini saatnya untuk membersihkan kamar yang kamu isi
agar kosong kembali. Aku berjanji tidak akan bersedih karena kepergianmu karena
aku sedang sangat bersyukur telah merasakan hal ini.
Aku ber Do’a semoga kelak kamu menemukan wanita yang tidak
sekedar kamu inginkan tapi adalah wanita yang kamu butuhkan yang bisa
melengkapi dirimu. Bisa menjadikanmu satu-satunya raja di hatinya. Do’akan lah
aku supaya aku bertemu dengan dia yang entah sekarang ada di mana.
Sekali lagi aku berterima kasih banyak. Semoga kita adalah
dua orang yang akan beruntung yang sedang menunggu janji Allah SWT agar dapat menemukan
pasangan atau jodoh dari Allah SWT segera. Aamiin.....
Wassalamualaikum wr wb.”
Usai mengetikan pesan yang cukup panjang ini. Ana lalu
mengusap air matanya. Ia mungkin saja merasa berlebihan dengan apa yang dialaminya
mungkin karena Angga hanya orang yang Ia temui secara virtual. Tapi apa yang
dirasakan ini sungguh-sungguh nyata. Ana memang sangat menginginkan Angga.
Benar-benar bermimpi ingin bersama Angga. Bahkan dalam benaknya Ana tak ingin
mencari yang lain.
Setelah mengusap air matanya beberapa kali. Ana akhirnya
tertawa keras. Dia seperti setengah gila karena berpikir bahwa hubungan yang Ia
terima seperti prank dari Tuhan. Dia tak habis pikir bahwa kebahagiaan yang Ia
inginkan harus dicancel. Ia harusnya bertemu dengan Angga lalu mereka berdua
sepakat ke jenjang yang serius – masuk ke proses lamaran – sampai akhirnya
menikah. Ana harus meng-undo semua khayalan ini karena yang terjadi tidak
sampai ke arah sana. Perpisahan ini harus terjadi bahkan sangat awal. Ia
melakukannya demi mendapatkan proses yang jelas. Antara ya dan tidak.
Esoknya. Saat Ana libur bekerja karena tanggal merah. Ana
mencoba untuk mencurahkan isi hatinya kepada mbak Santi. Mereka berdua sedang
memasak di dapur. Seperti biasa Ana akan menjadi asisten mbak Santi dan
membantu mbak Santi mengambilkan hal-hal yang dia butuhkan untuk memasak.
“Ana tolong ambilkan kecap di kulkas Na.” Ucap mbak Santi
menyuruh Ana.
Saat membuka kulkas dan mengambil kecap, Ana mulai membuka
obrolan.
“Mbak Santi, mbak pernah gak sih ngalamin kegagalan cinta
yang menyakitkan mbak?” Ana bertanya malu-malu.
Mbak Santi terbengong-bengong. Pasalnya, Ia seperti tahu Ana
sedang patah hati.
“Aahh kalo itu mah pernah banget Na. Sama yang terakhir
itulah.” Mbak Santi menjelaskan. Ana menggeleng paham dengan sosok yang
dimaksudkan.
“Yah tapi ada banyak sebelum-sebelumnya juga....”
“Coba geh mbak ceritain yang lainnya.” Pinta Ana si anak
kepo.
“Iya. Dulu tuh....” mbak Santi mulai bercerita. Ia bercerita
sambil menggoreng ayam di depan kompor. Ana lalu menyimak.
“Ada laki-laki yang sudah bertunangan. Tapi dia sebelumnya
pernah ada hubungan sama mbak. Gara-gara lost contact akhirnya hubungannya gak
berjalan gitu. Dan usai tunangan itu, dia dateng ke Bandar Lampung ceritanya.
Mau nemuin mbak. Yah udah mbak Santi sempetin aja nemuin. Eeh malah laki-laki
ini cerita katanya dia sebenarnya mau menikahnya sama mbak Santi. Mbak Santi
kaget bangetlah. Dia loh posisinya udah tunangan. Masa masih ngarepin orang
lain sih...” ucap mbak santi menggebu-gebu.
Ana makin terbengong-bengong dengan alur ceritanya. “Terus
mbak bilang apa dong ke orangnya. Sumpeh sih. Parah banget nih cowok.” Ana
malah menghakimi. Sok yes bener emang hidup Ana.
“Mbak Santi Cuma heran aja sih. Terus nanyak ke dia kenapa
kok mau lamaran sama perempuan ini kalo memang masih ngarepin saya.” Ucap mbak
Santi menjelaskan.
“Terus terus.....”
“Terus dia jawab katanya perempuan ini penurut orangnya.
Mudah diatur sama si laki-laki ini. Jadi itu alasan dia mau menikahi perempuan
ini.”
“Haaaaaaaa.....” Ana mangap lebar selebar tampah.
“Yah gitulah Na, ada-ada aja kan kelakuan para jantan di
dunia ini.” Mbak Santi hanya menggeleng-geleng kepalanya. “tapi itu udah lama
sih, udah beberapa tahun yang laluan.” Ucap mbak Santi melanjutkan.
“Hhmmmmm...” Ana berdeham. “berarti ini bukti kalau laki-laki
memang bisa mencintai dua perempuan dalam satu waktu kayaknya yah?” Ana
bertanya.
“Ya gitu Na bisa jadi.”
“Jangan-jangan nih aku selama ini ditipu sama Angga. Pasti
dia punya perempuan lain yang dicintainya juga selain aku.” Ana lalu berkata
sedikit geram. Pikirannya sudah dapat mengetahui kebusukan laki-laki. Kenapa
dia harus sadar tentang hal ini, gak dari dulu. Dia lalu lebih kecewa lagi.
“Ya, Na. Makanya mbak Santi bilang apa. Udah biarin aja yang
melewatkan mu begitu aja. Yang mau sama kamu bakal ngejar bagaimanapun caranya.
Nanti mbak Santi bantu carikan kamu pasangan yang tepat. Lewat ustadz mbak
Santi. Nitip proposal ta’ruf aja nanti.” ucap mbak Santi memberi saran.
“Haaaaaa....” Ana mangap lebar selebar mulut tetangga.
Ana merasa sedikit kegirangan dengan tawaran bantuan mbak
Santi. Mungkin saja ta’aruf adalah jalan yang tepat untuk ditempuh oleh Ana
mengingat Ana perempuan yang bodoh dalam hal merajut cinta. Apalagi harus PDKT.
Dia merasa pusing karena pastinya PDKT hanya membikin dia harus menebak-nebak
hati orang. Harus menerka-nerka hati orang. Harus bisa membaca maksud
seseorang. Bahasa chat dan bahasa obrolan nya di telpon. Semua itu terlihat bertele-tele dan
memakan banyak energy. Ana bisa naik asam lambung untuk sekedar membayangkannya
saja.
Hal yang dia alami dengan Angga sudah memberikan dia
kesimpulan. Bahwa jatuh cinta memang sesuatu yang menyenangkan. Dia bisa sangat
semangat menjalani hari ketika menunggu pesan pujaan hatinya. Ketika bisa
menelpon dan berbagi canda tawa dengan pujaan hatinya. Tetapi ketika harapan
mulai muncul, Ana berekspektasi ingin menikah dengan orangnya, akan ada masanya
dia takut ditikam oleh apa yang dia bangun. Khayalan-khayalannya hanya semacam
lembaran kertas yang dihujani api panas. Sewaktu waktu pasti akan terbakar dan
terpaksa dihapuskan. Momen inilah yang lalu membuatnya harus bersedih.
Tapi Ana sudah mendapatkan pembelajaran ini. Sesuai dengan
apa yang Ia pernah pikirkan. Tak masalah untuk patah hati sekali atau dua kali.
Dia akan jadikan ini momen pembelajaran yang paling berharga dalam hidupnya. Mungkin
juga untuk bahan laporan ke suaminya suatu nanti kalau ada laki-laki yang
pernah sebegitunya masuk dalam hati Ana. Cailah.
“Ya, nanti Ana siapkan proposal ta’arufku kalo gitu yah
mbak?”
“Iya bener. Nanti lihat aja contoh proposal ta’aruf punya
mbak Santi yah.”
“Oke.....” ucap Ana menutup obrolan.
Siang hari, Ana mendapat balasan pesan dari Angga. Pesan yang
semalam Ana kirimkan direspon oleh Angga. Dia baca pesan itu sambil membaca
buku di meja belajar Ana.
“Waalaikumussalam..... Ana untuk saat ini berteman tanpa
melibatkan perasaan lebih baik agar kita berdua sama-sama aman. Tidak ada bumbu
kecurigaan satu sama lain. Aku terima keputusanmu.”
Ana membaca pesan itu dengan mata terbelalak. Mungkinkah
Angga merubah sikapnya karena merasa dicurigai negative oleh Ana. Mungkin kah
lalu Angga tidak menerima sikap Ana yang seperti itu dan memutuskan untuk
dingin seperti ini? Ana hanya berpikir demikian.
Dilain sisi, Ana juga tak mau menerima jika hubungannya
berganti menjadi hubungan pertemanan. Secara tidak langsung ini sudah dapat
dikatakan berakhir dan Ana bisa bebas melakukan pencariannya kembali begitupun
Angga.
“Ya Angga aku tahu mungkin akan lebih baik jika kita tidak
melibatkan perasaan dan berteman seperti orang biasa. Kalau begitu no calls and
no massages. Aku tidak mungkin menanggapimu berlebihan lagi karena hal itu bisa
mencairkan perasaan ku kembali. Someday juga kita tidak tahu apakah kamu atau
aku bertemu dengan sosok yang lain. Aku pribadi tentu akan melanjutkan
pencarianku. Ya, aku berdo’a semoga apa yang kita temukan nanti sesuatu yang terbaik
untuk diri kita.” Ana menulis pesan ini dan mengirimkannya. Kemudian tanpa disadari
Ia menangis lagi. Ana merasa terharu untuk sesuatu yang pernah membuatnya berharap.
Ana sekarang tahu bahwa hubungannya sudah sampai ke muaranya. Muara perpisahan.
Seketika Ia mengusap air matanya. Meski sadar sangat sedih, Ana
harus jauh lebih sadar lagi kalau ada hal yang jauh lebih menyedihkan. Yakni keuangannya.
Ini PR besar pertama Ana. Memperbaiki keuangannya. PR keduanya, dia juga harus mengatur
ulang kehidupan masa depannya. Ia harus mengasah beberapa skill untuk bisa dijadikan
pekerjaan sampingan. Skill yang menjadi target capaian Ana adalah. Skill berbahasa
Inggris, skill video editing, photo editing, design, menulis, dan juga pengembangan
spiritualitas yang harus Ana cari lewat kajian-kajian dan kelas-kelas agama.
Kali ini Ana tidak berharap banyak. Dia hanya berharap satu hal
saja. Bisa makan malam di angkringan bersama mbak Santi untuk hiburan nya di malam
minggu.
Komentar
Posting Komentar